Beijing Rebut Paksa Puing Roket Dari Filipina, Kawasan Laut China Menegang
Carlos menjelaskan bahwa pasukannya yang tengah menjalankan tugas kawasan LCS tepatnya di sekitar Pulau Thitu yang berbatasan dengan Filipina
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MANILA – Wakil Laksamana Alberto Carlos dari angkatan Laut Filipina menuding penjaga pantai atau coastguard China telah mengambil paksa benda terapung yang ditemukan pasukan Manila di perairan Laut China Selatan (LCS).
Carlos menjelaskan bahwa pasukannya yang tengah menjalankan tugas kawasan LCS tepatnya di sekitar Pulau Thitu yang berbatasan dengan Filipina telah menemukan sebuah puing-puing misterius.
Namun belum sempat puing tersebut diselidiki, penjaga pantai China secara tiba – tiba menyengat perahu karet yang ditumpangi pasukan Filipina dan memaksa untuk menyita barang tersebut.
Baca juga: Korban Tewas Akibat Badai Nalgae di Filipina Meningkat Menjadi 110 Orang
"Kapal penjaga pantai China mengambil paksa benda terapung tersebut dengan memotong tali penarik yang terpasang di perahu karet Filipina," kata Carlos seperti yang dikutip dari The Guardian.
“Kami mempraktikkan toleransi maksimum dalam situasi seperti itu. Karena itu melibatkan objek tak dikenal dan bukan masalah hidup dan mati jadi tim kami memutuskan untuk kembali,” tambah Carlos.
Belum dapat dipastikan apa benda yang disita China itu, namun menurut juru bicara militer Filipina Mayor Cherryl Tindog benda mengapung yang berhasil ditemukan angkatan laut negaranya mirip dengan puing-puing roket China yang jatuh di Pulau Busuanga, Palawan pada awal bulan ini.
Walau kejadian ini tidak memakan korban jiwa, akan tetapi insiden tersebut telah memicu lahirnya perang dingin antara pemerintah Filipina dan China.
Terlebih usai insiden konfrontasi yang terjadi di kawasan perairan laut China Selatan. Para penjaga juga turut memblokir jalur akses kapal Filipina yang akan mengirimkan pasokan logistik ke pasukan Manila yang berada di perairan tersebut.
Meski wilayah LCS tumpang tindih dengan sejumlah negara lain termasuk Filipina, namun China secara tegas mengklaim bahwa hampir 90 persen perairan LCS yang merupakan jalur perdagangan masih berada di bawah wilayahnya, sehingga pihaknya dengan bebas dapat mengendalikan wilayah tersebut.