Akhir Penantian 24 Tahun, Anwar Ibrahim Dilantik Jadi Perdana Menteri Malaysia Sore Ini
Anwar Ibrahim akan dilantik sebagai Perdana Menteri (PM) Malayusia demi memecahkan kebuntuan politik.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, PUTRAJAYA - Ketua Pakatan Harapan (PH) Anwar Ibrahim akan mengakhiri penantian panjangnya selama 24 tahun untuk memimpin Malaysia pada Kamis sore, pukul 17.00.
Anwar Ibrahim akan dilantik sebagai Perdana Menteri (PM) Malayusia demi memecahkan kebuntuan politik.
Kerajaan Malaysia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah dari Pahang membuat keputusan setelah berunding dengan penguasa lainnya dalam pertemuan khusus sembilan raja negara bagian.
"Setelah melalui pandangan para penguasa Melayu, Yang Mulia telah menyetujui untuk mengangkat Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia," kata Pengawas Kerajaan Malaysia, Fadli Syamsuddin pada Kamis sore.
Dikutip dari The Straits Times, Kamis (24/11/2022), penunjukkan ini terjadi setelah sebagian besar pihak menyetujui proposal Raja Abdullah untuk sebuah pemerintahan persatuan, setelah pemilihan umum (pemilu) pada Sabtu lalu.
Perlu diketahui, Anwar dan saingannya yakni Ketua Perikatan Nasional (PN) mantan PM Muhyiddin Yassin 'menemui jalan buntu' dan tidak mampu mengumpulkan 112 anggota parlemen yang dibutuhkan untuk mendapatkan mayoritas sederhana di badan legislatif.
Setelah Umno mengkonfirmasi pada Kamis pagi bahwa mereka akan bergabung dengan pemerintah persatuan, melihat sikap koalisi Barisan Nasional (BN) sebelumnya yang tetap menjadi oposisi, partai-partai lain di seluruh Malaysia pun mengikutinya.
Baca juga: Raja Malaysia Tunjuk Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri, Akhiri Kebuntuan Politik
Bahkan PN mengatakan pada Kamis ini bahwa mereka akan mempertimbangkan diskusi pemerintah persatuan dengan pihak-pihak yang berpikiran sama.
Naiknya Anwar Ibrahim ke jabatan puncak, setelah dipecat sebagai Wakil PM pada 1998 di tengah tuduhan kontroversial sodomi dan penyalahgunaan kekuasaan, menandai kemenangan luar biasa setelah perjalanan kelamnya di penjara.
Baca juga: Pemilu Malaysia, Anwar Ibrahim Diprediksi Kuat akan Menjadi Perdana Menteri
Ia diangkat sebagai Wakil PM di bawah pemerintahan Umno Tun Mahathir Mohamad pada 1993, namun prospectnya meredup setelah ia dipenjara pada 199 karena kasus korupsi.
Penahanannya pun memicu protes jalanan dan lahirnya PKR yang kini memimpin PH.
Anwar kembali dipenjara pada 2015 karena kasus sodomi, namun diberi pengampunan oleh kerajaan dan dibebaskan pada Mei 2018 setelah PH memenangkan pemilihan umum pada thun itu.
Baca juga: Profil Anwar Ibrahim, Politikus yang Calonkan Diri Jadi PM Malaysia
Tun Mahathir, yang telah meninggalkan Umno dan 'bergandengan tangan' dengan Anwar untuk mengamankan kemenangan PH pun kemudian menjadi PM.
Anwar dan Tan Sri Muhyiddin sama-sama mempertaruhkan klaim mereka, setelah koalisi masing-masing memenangkan 81 dan 73 kursi dalam pemilihan umum pada Sabtu lalu yang juga membuat Tun Mahathir jatuh dari kekuasaan dengan 'kekalahan yang telak'.
Selanjutnya, Raja Abdullah akhirnya turun tangan pada Selasa lalu untuk mengemukakan gagasan tentang pemerintahan persatuan.
Mirisnya, keputusan mantan PM Muhyiddin untuk menolak proposal tersebut dan bersikeras mengklaim dirinya memiliki mayoritas sederhana dengan dukungan dari pihak lain, terbukti fatal serta memupuskan harapannya.