Hasil Kongres Partai Komunis Tiongkok Disebut Bakal Berdampak Positif Bagi Indonesia
Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia (UI) Ardhitya Eduard Yeremia mengatakan kongres Partai Komunis Tiongkok (PKT)
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Departemen Hubungan Internasional FISIP Universitas Indonesia (UI) Ardhitya Eduard Yeremia mengatakan kongres Partai Komunis Tiongkok (PKT) benar-benar diamati dunia.
Banyak pengamat yang mengharapkan Tiongkok membuka border-nya agar bisa berkontribusi lebih banyak terhadap dinamika ekonomi global.
Terlebih, pascaKongres Nasional ke-20 itu, kekuasaan politik Xi Jinping dinilai menjadi sangat terkonsolidasi.
Dalam hal ini, faksionalisasi politik dalam kepemimpinan puncak, sebagaimana tercermin dalam komposisi anggota Politbiro Standing Committee dan Politbiro, menjadi tidak signifikan.
“Pasca kongres ternyata betul-betul diamati dunia, dan AS mulai merespons dan mengantisipasi kira-kira ke depan kebijakan luar negeri Tiongkok akan seperti apa dan itu direspons cepat di isu Taiwan dan di isu Laut China Selatan,” kata Ardhitya Eduard Yeremia, di Jakarta, Minggu (27/11/2022).
Lebih lanjut, Yere mengatakan garis kebijakan luar negeri Tiongkok pascakongres akan ada kesinambungan di kebijakan-kebijakan besar, sebagai belt and road initiative dengan kemungkinan akan mengalami rebranding atau rekalibrasi.
“Rebranding dalam artian dia dapat berwujud menjadi satu kebijakan baru dengan nama baru tapi sebetulnya it's only old wine in the new bottle. Jadi namanya saja berganti,” ujar dia.
Yere menjelaskan, dari hasil penelitian LAB 45 menunjukkan akan adanya potensi kesinambungan terhadap mekanisme pasar. Di zaman Xi berkuasa, terdapat kontrol yang ketat terhadap mekanisme pasar.
Baca juga: Kongres Partai Komunis China Berakhir, Xi Jinping akan Jalani Periode ke-3 sebagai Presiden?
Kesinambungan juga terlihat pada sikap asertif Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan. Meskipun, narasi ini tidak banyak dibahas dalam laporan hasil kongres. Sikap asertif ini pun dinilai akan membuat Tiongkok lebih percaya diri menghadapi AS.
Di sisi lain, dia melihat Tiongkok pasca kongres tetap akan membawa beberapa dampak positif untuk Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
Pasalnya, Asia Tenggara masih menjadi backyard yang paling penting bagi Beijing.
“Kami menilai bahwa justru keberadaan Asia Tenggara akan tetap unik di mata Tiongkok karena engagement yang amat friendly dengan Asia Tenggara justru akan lebih banyak menguntungkan Tiongkok meskipun sebetulnya dikepung oleh AS dengan sekutunya. Dan Indonesia sendiri masih memiliki celah yang dapat dimanfaatkan,” terangnya.
Sementara itu, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Prof. Evi Fitriani menanggapi, sangat penting bagi Indonesia melihat kongres PKT sebagai konsolidasi kekuatan partai dan negara.