Bocah Berusia 10 Tahun di AS Tembak Ibunya Hingga Tewas karena Tak Dibelikan Headset VR
Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun diduga menembak dan membunuh ibunya di Milwaukee, negara bagian Wisconsin, AS.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WISCONSIN - Data terbaru dari International Data Corporation (IDC) Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa pengiriman headset Augmented Reality (AR) di seluruh dunia diperkirakan menurun 8,7 persen dari tahun ke tahun menjadi hampir 260.000 unit pada akhir 2022.
Pada 21 November lalu, tepatnya pagi hari waktu setempat, seorang anak laki-laki berusia 10 tahun diduga menembak dan membunuh ibunya di Milwaukee, negara bagian Wisconsin, AS.
Sejak saat itu, bukti baru pun muncul yang menunjukkan bahwa anak itu mungkin melakukannya secara sengaja karena tidak dibelikan headset Virtual Reality (VR).
Dikutip dari laman Sputnik News, Sabtu (3/12/2022), awalnya, anak laki-laki tersebut menyatakan bahwa ia mendapatkan pistol dari kamar tidur ibunya dan pergi ke ruang bawah tanah tempat sang ibu mencuci pakaian.
Baca juga: Berkas Dilimpahkan ke PN Semarang, Sidang Penembakan Istri Kopda Muslimin Dilakukan Pekan Depan
Diduga, anak itu menembakkan pistol saat ia mencoba memutarnya di tangannya.
Rilis yang dikeluarkan oleh kepolisian setempat saat itu berisi peringatan untuk 'menjaga agar senjata api diamankan dengan kuncian senjata dan jauh dari jangkauan anak-anak'.
Polisi kemudian mengizinkan bocah itu tinggal bersama keluarga karena mempertimbangkan usianya.
Namun sehari kemudian, kerabatnya menelepon polisi.
Bibi anak laki-laki tersebut menyatakan bahwa anak di bawah umur itu mengatakan kepadanya bahwa ia mengarahkan pistol ke ibunya, yang kemudian berkata kepadanya 'Mengapa kamu bisa mendapatkannya? Letakkan itu'.
Anak itu kemudian diketahui telah menyembunyikan satu set kunci rumah.
Kerabat tersebut juga mengetahui bahwa sang anak telah masuk ke akun jual beli ibunya dan memesan Virtual Reality Headset pada 22 November lalu.
Kebetulan pada pagi yang sama, ia secara fisik juga menyerang sepupunya yang berusia 7 tahun.
Bibinya kemudian mengantar anak laki-laki itu ke rumah neneknya untuk bertemu dengan pekerja kesejahteraan anak.
Baca juga: 5 Fakta Oknum Polisi Tak Sengaja Tembak Warga hingga Tewas di Pontianak, Video Kejadian Viral
"Saya benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi. Saya minta maaf telah membunuh ibu saya," kata anak laki-laki itu ketika bibinya kembali.
Ia kemudian bertanya apakah paketnya telah tiba.
Setelah informasi ini terungkap, polisi Milwaukee kembali mewawancarai bocah itu.
Ia mengatakan kepada detektif bahwa dirinya mengarahkan pistol tersebut ke ibunya dengan dua tangan saat dalam posisi menembak.
Saat itu, dia mencoba menembak tembok untuk 'menakut-nakuti' sang ibu, namun sang ibu justru berjalan di depannya dan akhirnya ia menembaknya.
Bocah itu memberitahu polisi bahwa ia mendapatkan pistol itu dari kotak kunci pagi itu, karena ibunya membangunkannya 30 menit lebih awal dari biasanya, yakni pukul 6 pagi dan karena ibunya tidak mengizinkannya membeli sesuatu di akun jual beli negara itu.
"Ini benar-benar tragedi keluarga, saya tidak berpikir siapapun akan menyangkal atau tidak setuju dengan itu. Sistem orang dewasa benar-benar tidak siap untuk memenuhi kebutuhan anak berusia 10 tahun," kata salah satu pengacara bocah itu, Angela Cunningham.
Bocah itu telah didakwa sebagai orang dewasa dengan 'pembunuhan sembrono' tingkat pertama dan berada dalam tahanan remaja.
Undang-undang (UU) negara bagian menyatakan bahwa anak-anak berusia 10 tahun mendapatkan tuntutan sebagai orang dewasa untuk kejahatan tertentu.
Namun, juga dimungkinkan untuk memindahkan kasus ini ke pengadilan anak.
Bibi anak laki-laki itu mengatakan kepada polisi bahwa sang anak memiliki riwayat perilaku yang mengganggu, termasuk mengayunkan ekor anak anjing keluarga tersebut sampai melolong kesakitan.
Saat melakukan aksi tersebut, sang anak masih berusia 4 tahun.
Selain itu, baru-baru ini ia juga mengisi balon dengan cairan yang mudah terbakar dan membakarnya di rumah.
Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal seperti itu, dirinya mengatakan 'dua saudara perempuannya menyuruhnya melakukannya'.
Ini berdasarkan pada ingatan kerabatnya tentang situasi tersebut.
Saat ditanyai lebih lanjut, anak laki-laki itu berkata bahwa dirinya mendengar lima orang imajiner yang berbeda berbicara dengannya, dua saudara perempuan, satu wanita yang lebih tua, satu pria dan seorang pria kedua yang digambarkan oleh anak laki-laki itu sebagai 'orang jahat'.