Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov: NATO Adalah Ancaman Serius Bagi Rusia
Lavrov mengaku menyesali bahwa Amerika Serikat (AS) menolak pembicaraan dengan Moskow mengenai "stabilitas strategis" terkait senjata nuklir.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut NATO adalah ancaman serius bagi Rusia.
Menurut Lavrov, posisi Barat berisiko menimbulkan bentrokan langsung antara kekuatan nuklir dengan konsekuensi bencana.
Dilansir Al Jazeera, Lavrov menambahkan ia menyesali bahwa Amerika Serikat (AS) menolak pembicaraan dengan Moskow mengenai "stabilitas strategis" terkait senjata nuklir.
Dikatakan, tanpa negosiasi langsung antara dua kekuatan nuklir terbesar di dunia, risiko keamanan global hanya akan meningkat.
India akan terus membeli minyak Rusia meskipun ada batasan harga
Sementara itu, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar memberi isyarat ketika batas harga yang diberlakukan G7 mulai berlaku.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-285: Kota Bakhmut Dipandang sebagai Target Rusia
Dijelaskan bahwa India akan memprioritaskan kebutuhan energinya dan terus membeli minyak dari Rusia.
Komentar Jaishankar disampaikan setelah mengunjungi mitranya dari Jerman, Annalena Baerbock.
Kedua pejabat tinggi itu membahas hubungan bilateral dan perang Rusia di Ukraina.
Jaishankar mengatakan tidak tepat bagi negara-negara Eropa untuk memprioritaskan kebutuhan energi mereka tetapi “meminta India untuk melakukan sesuatu yang lain”.
“Eropa akan membuat pilihan yang akan dibuatnya. Itu hak mereka,” katanya kepada wartawan.
Jaishankar tidak secara langsung merujuk pada batas harga tetapi mengatakan UE mengimpor lebih banyak bahan bakar fosil dari Rusia daripada India.
Baca juga: Vladimir Putin Alihkan Strategi Perang, Kerahkan Hacker untuk Serang Fasilitas Pemerintahan Ukraina
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, India terus meningkatkan pembelian minyak Rusia dengan potongan harga.
Jerman harus membeli gas dari Iran: AfD
Di sisi lain, untuk menutupi kebutuhan energinya, Jerman harus bernegosiasi dengan Iran mengenai pasokan gas, menurut pemimpin sayap kanan partai Alternatif untuk Jerman (AfD), Tino Chrupalla.
“Sebagai AfD, kami mewakili kebijakan luar negeri yang digerakkan oleh kepentingan demi kebaikan negara kami,” kata Chrupalla kepada surat kabar Die Welt edisi Minggu.
“Jika kami ingin mengkompensasi kekurangan gas Rusia, kami membutuhkan setiap pemasok. Untuk menjadi semandiri mungkin, kami juga harus membeli gas dari Iran.”
Baca juga: Intelijen AS Perkirakan Laju Perang Rusia Vs Ukraina akan Lambat selama Beberapa Bulan ke Depan
Bersama dengan Rusia, Iran memiliki cadangan gas terbesar di dunia.
Menurut Kamar Dagang dan Industri Jerman-Iran, sangat sedikit ekspor gas dari Iran ke Jerman dalam beberapa tahun terakhir.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)