Soroti Krisis Iklim, Pohon Natal Hitam Dipamerkan di Kota Seoul
Pohon Natal tersebut dibuat dari kayu bakar dan cabang pohon dari kebakaran hutan baru-baru ini di Gangwon-do pada 26 November lalu.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Keuskupan Agung Seoul di Korea Selatan (Korsel) telah memasang pohon Natal dengan dahan hangus dan batang pohon dari kebakaran hutan yang terjadi baru-baru ini.
Dekorasi tidak biasa ini dibuat 'untuk meningkatkan kesadaran terkait masalah lingkungan dan krisis iklim'.
Pohon Natal tersebut dibuat dari kayu bakar dan cabang pohon dari kebakaran hutan baru-baru ini di Gangwon-do pada 26 November lalu, seperti yang dilaporkan Catholic Peace Broadcasting Corporation (CPBC) pada 29 November 2022.
Dikutip dari Ucanews.com, Selasa (6/12/2022), Profesor Cho Seong-hyeon dari Universitas Hansung mengatakan bahwa setiap tahun tema terkait lingkungan dipilih untuk menyoroti pentingnya aksi iklim.
"Kami sebelumnya telah membuat pohon Natal khusus di akhir tahun dengan menggunakan bahan plastik bekas di tahun-tahun saat penggunaan plastik yang berlebihan menjadi masalah. Kami ingin berbagi kesadaran tentang hal ini," kata Cho.
Melalui Pohon Hitam ini, Cho ingin mereka yang melihatnya memiliki keseriusan dalam memandanga krisis perubahan iklim dan peduli terhadap tetangga mereka yang membutuhkan.
Kampanye lingkungan di negara itu pun akan berlangsung hingga Agustus 2023. Keuskupan Agung Seoul dan beberapa tokoh bekerja sama memasang pohon Natal Hitam tahun ini.
Baca juga: Pohon Natal Raksasa Mulai Hiasi Lapangan Santo Petrus Vatikan
Perlu diketahui, kebakaran hutan biasa terjadi di Korsel selama musim semi yang menyebabkan kerusakan luas pada vegetasi dan properti.
Sebelumnya pada 3 dan 4 Maret lalu, NASA Earth Observatory melaporkan awal kebakaran hutan di Uljin dan Samcheok dengan bantuan Spektroradiometer Pencitraan Resolusi Sedang (MODIS) pada satelit Aqua miliknya.
Sekitar 18.000 petugas pemadam kebakaran dan puluhan helikopter pun dikerahkan untuk memadamkan api.
Baca juga: Pohon Natal Raksasa Mulai Hiasi Lapangan Santo Petrus Vatikan
Kebakaran hutan itu merusak sekitar 512 fasilitas, termasuk 343 rumah dan sekitar 16.755 hektar hutan di Uljin.
Kendati demikian, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Pihak berwenang pun mengevakuasi 7.355 orang dari 4.659 rumah tangga dari daerah yang terkena dampak kebakaran.
Pemerintah kemudian menetapkan wilayah pesisir timur yang dilanda kebakaran hutan besar-besaran itu sebagai zona bencana khusus dan menjanjikan dukungan cepat bagi para korban.
Baca juga: Sejarah Pohon Natal: Berawal dari Cerita Tentang Pohon Surga Milik Adam dan Hawa
Dalam salah satu jurnal akses terbuka peer-reviewednya, Institut Penerbitan Digital Multidisipliner (MDPI) yang berbasis di Swiss menunjuk pada tren iklim sebagai alasan utama kebakaran hutan di berbagai belahan dunia.
Data menyebutkan bahwa frekuensi dan intensitas kebakaran hutan terus meningkat seiring dengan perubahan iklim yang berlangsung. Karena perubahan iklim ini cenderung meningkatkan kondisi cuaca yang ekstrem.
Baca juga: Resep Pizza Berbentuk Pohon Natal, Camilan Unik dan Menarik untuk Sajian Natal
Studi tersebut menunjukkan bahwa pada periode 2010 hingga 2019, 58 persen kebakaran hutan terjadi di Korsel selama musim semi dan 23 persen terjadi selama musim dingin.
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa kebakaran hutan lebih jarang terjadi di musim panas karena curah hujan yang sangat pekat dan kelembaban yang tinggi di wilayah tersebut.