WHO: Peningkatan Kasus Covid-19 di China Bukan Karena Kebijakan Pelonggaran Pembatasan
Virus Covid-19 menyebar secara intensif di China karena tindakan pengendalian yang kurang efektif.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, GENEVA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut peningkatan kasus Covid-19 di China telah terjadi sebelum pemerintah Beijing mulai melonggarkan aturan pembatasan.
Dilansir dari Channel News Asia, pejabat China sebelumnya telah memperingatkan bahwa kasus infeksi Covid-19 dapat meningkat setelah pemerintah melonggarkan kebijakan nol-Covid, membatalkan pengujian massal dan karantina, setelah hampir tiga tahun berupaya membasmi virus tersebut.
"Peningkatan kasus di China bukan karena pencabutan pembatasan Covid. Namun, peningkatan kasus telah dimulai jauh sebelum pelonggaran kebijakan nol-Covid," kata Michael Ryan, chief emergency WHO.
Baca juga: China Isyaratkan Beri Lebih Banyak Stimulus untuk 2023 di Tengah Pelonggaran Pembatasan Covid-19
“Ada narasi bahwa dalam beberapa hal China mencabut pembatasan dan tiba-tiba wabah semakin tidak terkendali,” tambahnya.
Dia juga menjelaskan bahwa virus itu menyebar secara intensif karena tindakan pengendalian yang kurang efektif.
"Saya percaya pihak berwenang China telah memutuskan secara strategis bahwa bagi mereka, itu bukan lagi pilihan terbaik," kata Michael Ryan, mengacu pada langkah-langkah pengendalian.
Di samping itu, Ryan juga menekankan bahwa Pemerintah China perlu mengevaluasi tindakan pencegahan, terlebih varian Omicron cenderung lebih cepat menular.
“Penularan varian Omicron sangatlah cepat dan Pemerintah China sekali lagi harus mengubah cara pengendalian Omicron supaya wabah tidak semakin parah,” katanya.
Ryan mengatakan bahwa tindakan seperti itu digunakan untuk melindungi sistem kesehatan sembari meningkatkan vaksinasi.
"Ada data dari tempat-tempat seperti Hong Kong yang menunjukkan bahwa vaksin buatan China terbukti tidak lagi efektif. Namun dengan vaksin penguat, setidaknya dapat memperkecil risiko penularan,” ujarnya.
Sementara itu, para pemimpin China bertekad untuk terus maju, meskipun negara itu menghadapi lonjakan kasus yang dikhawatirkan para ahli tidak mampu menanganinya.