Studi: Afrika Punya Potensi Hidrogen Hijau Senilai 1,06 Triliun Dolar AS
Menurut IEA, Afrika memiliki potensi besar untuk menghasilkan hidrogen menggunakan sumber daya terbarukan yang kaya
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, CAPE TOWN - Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan bahan bakar ramah lingkungan yang diproduksi menggunakan listrik dari sumber energi terbarukan seperti matahari atau angin kian melonjak.
Hal itu karena dunia tengah mencari alternatif dari penyumbang terbesar perubahan iklim global, yakni bahan bakar fosil.
Menurut IEA, Afrika memiliki potensi besar untuk menghasilkan hidrogen menggunakan sumber daya terbarukan yang kaya.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (23/12/2022), Afrika memiliki potensi untuk memproduksi dan mentransmisikan hidrogen hijau senilai 1 triliun euro atau setara 1,06 triliun dolar Amerika Serikat (AS).
Ini akan memungkinkannya mengekspor bahan bakar dan menyebabkan peningkatan besar-besaran dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dan meningkatkan ekonomi lokal.
Baca juga: VIDEO Menteri BUMN Erick Thohir Dukung Energi Terbarukan dengan Transisi
Seperti yang diungkapkan pada sebuah studi baru yang didukung oleh Bank Investasi Eropa.
Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (23/12/2022), menurut studi tersebut, dengan memanfaatkan energi surya, sejumlah negara di benua itu dapat menghasilkan 50 juta ton hidrogen hijau per tahun pada 2035.
Bahan bakar tersebut akan diproduksi dengan memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan listrik terbarukan dengan biaya lebih murah, di bawah dua euro per kilogram.
"Teknologi fotovoltaik surya telah memberi kami listrik termurah. Biayanya di bawah 2 euro per kg di beberapa negara Afrika pada 2030. Berkat listrik berbiaya rendah ini dan penurunan biaya elektroliser, langkah selanjutnya adalah menyediakan akses ke bahan bakar bersih, lebih murah daripada semua bahan bakar fosil saat ini," jelas Direktur Jenderal International Solar Alliance, Ajay Mathur.
Ini akan memungkinkan pihaknya untuk mendekarbonisasi sektor listrik dan sektor yang paling sulit dikurangi seperti pupuk, pabrik baja dan kilang.
Studi tersebut bekerja sama dengan International Solar Alliance dan Uni Afrika, menggabungkan analisis peluang investasi yang berfokus pada tiga hub: Mauritania - Maroko, Afrika Selatan, dan Mesir.
Meskipun rencana untuk memproduksi bahan bakar tersebut paling maju di kawasan ini, beberapa negara Afrika lainnya, mulai dari Aljazair hingga Nigeria dan Mozambik juga memiliki potensi untuk memulai produksi.
Peneliti menyatakan bahwa benua yang memiliki energi matahari terbaik di dunia dan mengubahnya menjadi hidrogen hijau akan meningkatkan keamanan energi, mengurangi polusi dan emisi karbon hingga 40 persen, mendekarbonisasi industri berat dan transportasi, serta meningkatkan akses biaya rendah listrik dan air bersih.
Namun, disebutkan pula bahwa membuka potensi hidrogen hijau yang sangat besar di Afrika membutuhkan kerja sama yang erat antara organisasi publik, swasta dan keuangan.
EIB pada gilirannya, menyoroti bahwa mereka bekerja dengan mitra di seluruh benua dan mengeksploitasi potensi energi terbarukannya serta menghasilkan hidrogen hijau dalam skala besar.