Perang Rusia dan Ukraina Tak Mereda, Vladimir Putin Salahkan Zelensky karena Tidak Mau Bernegosiasi
Putin memberikan solusi diplomatik untuk mengakhiri invasinya ke Ukraina yang telah berlangsung lebih dari 300 hari.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Presiden Vladimir Putin menegaskan bahwa konflik yang terjadi antara negaranya dengan Ukraina, lantaran selama ini presiden Zelensky tak mau melakukan dialog terbuka terkait perang di Kiev.
"Kami siap untuk bernegosiasi dengan semua orang yang terlibat tentang solusi yang dapat diterima, tapi itu terserah mereka. Kami bukan pihak yang menolak untuk bernegosiasi, mereka yang menolak," kata Putin, Minggu (25/12/2022).
Pernyataan itu dilontarkan Putin di tengah memanasnya medan perang di kawasan Ukraina, sebelum operasi militer menegang Putin sempat mengatakan niatnya untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-306: 2 Ledakan Dilaporkan di Pangkalan Udara Rusia
Ia bahkan memberikan solusi diplomatik untuk mengakhiri invasinya ke Ukraina yang telah berlangsung lebih dari 300 hari. Namun tawaran baik tersebut justru tak dihiraukan Ukraina.
Alasan ini yang membuat Putin makin meningkatkan operasi militernya, lantaran Ukraina lebih mendengarkan Barat yang saat ini berusaha memecah belah hubungan Moskow dengan Kiev.
"Saya percaya bahwa kami bertindak ke arah yang benar, kami membela kepentingan nasional kami, kepentingan warga negara kami, rakyat kami. Dan kami tidak punya pilihan lain selain melindungi warga negara kami," kata Putin.
Menanggapi pernyataan Putin, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhailo Podolyak, menganggap bahwa Putin sedang berhalusinasi dengan mencari pembenaran ke publik.
Podolyak, mengungkap bahwa selama ini Rusia lah yang enggan melakukan perundingan dengan pemerintah Ukraina.
Sementara itu, Ukraina bersedia bernegosiasi apabila Rusia berhenti menembakkan rudal ke negaranya dan mengembalikan seluruh wilayah yang telah dicaplok Moskow selama invasi berlangsung.
“Rusia dengan tangan sendiri menyerang Ukraina dan membunuh warganya. Rusia tidak menginginkan negosiasi, tapi berusaha menghindari tanggung jawab," papar Podolyak dikutip dari CNBC International.
Sebagai informasi, serangan Rusia ke Ukraina mulai terjadi pada 24 Februari 2022.
Konflik keduanya pecah setelah Zelensky mengungkap ketertarikannya untuk bergabung dengan anggota pakta NATO, sayangnya rencana ini ditentang keras oleh Rusia.
Putin menganggap bahwa retorika yang dilakukan Ukraina berpotensi mengancam keamanan negaranya.
Khawatir apabila ancaman Ukraina dapat menghancurkan pertahanan Rusia, pemerintah Moskow akhirnya terpaksa menggelar operasi militer di Kiev sebagai bentuk demiliterisasi, atau pencegahan agar Ukraina tak menjadi benteng anti-Rusia usai bergabung dengan NATO.