Korut Pecat Petinggi Militer Terkuat Kedua Setelah Kim Jong Un, Ada Apa?
Korea Utara memecat pejabat militer terkuat kedua setelah Kim Jong Un, Pak Jong Chon, menurut laporan media pemerintah pada Minggu
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Korea Utara memecat pejabat militer terkuat kedua setelah Kim Jong Un, Pak Jong Chon, menurut laporan media pemerintah pada Minggu (1/1/2023).
Melansir dari Reuters, Pak merupakan wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa dan sekretaris Komite Sentral partai.
Posisinya digantikan Ri Yong Gil dalam pertemuan tahunan komite tersebut pada pekan lalu, kata kantor berita Korea Utara KCNA.
Baca juga: Lawan Ancaman Kim Jong Un, Korea Selatan Ajak AS Gelar Latihan Militer Dengan Senjata Nuklir
Tidak ada alasan yang diberikan atas pergantian posisi tersebut. Korea Utara secara teratur mengubah kepemimpinannya dan pesta akhir tahun sering digunakan untuk mengumumkan perombakan personel serta keputusan kebijakan utama.
Dalam tayangan televisi milik pemerintah Korea Utara menunjukkan Pak duduk di barisan depan podium dengan kepala tertunduk selama pertemuan tersebut, sementara anggota lain mengangkat tangan untuk memberikan suara pada masalah kepegawaian.
Kursinya kemudian terlihat kosong.
Dia juga absen dalam foto yang dirilis pada Senin (2/1/2023) oleh KCNA mengenai kunjungan "Hari Tahun Baru" Kim Jong Un ke Kumsusan Palace of the Sun yang menampung jenazah kakek dan ayah pemimpin Korea Utara itu.
Hal tersebut sangat berbeda, ketika Pak menemani Kim dalam kunjungan ke istana tersebut pada Oktober 2022.
Komisi Militer Pusat partai, yang dipimpin oleh Kim Jong Un, dianggap sebagai badan pembuat keputusan militer paling kuat di Korea Utara, di atas kementerian pertahanan.
Baca juga: Lanjutkan Uji Coba Rudal Balistik, Kim Jong Un Perkuat Militer Korea Utara Tahun Depan
Pengganti Pak datang saat Kim menyerukan pengembangan rudal balistik antarbenua baru dan persenjataan nuklir yang lebih besar untuk melawan Amerika Serikat dan Korea Selatan sebagai kunci strategi pertahanan 2023 di negara itu.
Karier Pak dengan cepat menanjak dari komandan artileri bintang satu pada 2015 menjadi jenderal bintang empat pada 2020, dengan mendapat pujian karena berkontribusi pada kemajuan teknologi rudal jarak pendek di Korea Utara.
Pada akhir 2020, Pak dipromosikan ke politbiro dan mendapatkan gelar marshal, pangkat militer tertinggi di bawah Kim Jong Un, dan menjadi salah satu pejabat militer terkemuka yang menentang latihan militer gabungan Korea Selatan-AS pada November.
Penerus Pak, Ri Yong Gil juga merupakan komandan militer senior yang memegang posisi penting termasuk kepala staf umum angkatan darat dan menteri pertahanan.
Baca juga: Diawasi Kim Jong Un, Korea Utara Klaim Berhasil Uji Coba Mesin Pendorong Rudal Balistik Antarbenua
Seperti kebanyakan ajudan tinggi militer lainnya yang kariernya mengalami pasang surut berulang kali di bawah kepemimpinan Kim, Pak sempat diturunkan pangkatnya pada pertengahan 2021 setelah Kim menegur beberapa pejabat atas penanganan mereka terhadap kebijakan anti-virus corona Korea Utara, sebelum dipromosikan lagi beberapa bulan kemudian.
Namun, pemecatan Pak terjadi meskipun Kim sebagian besar memuji kemajuan militer dalam pengembangan senjata selama pertemuan tersebut, tidak seperti bidang lain di mana dia menunjukkan beberapa kesalahan dan menyerukan perbaikan.
Oh Gyeong-sup, seorang rekan di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional di Seoul, mengatakan ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan yang baru-baru ini meningkat atas intrusi pesawat tak berawak Pyongyang ke Seoul dapat memainkan peran atas pemecatan Pak.
Para pejabat di Seoul mengatakan Korea Selatan mengirim tiga pesawat tak berawak melintasi perbatasan sebagai tanggapan atas intrusi tersebut, namun tidak ada tanggapan dari Korea Utara, yang menurut Oh berarti Pyongyang gagal mendeteksi pesawat tak berawak itu.
"Pak mungkin bertanggung jawab atas kegagalan operasi keamanan," kata Oh.