Iran Marah soal Kartun Satir Ayatollah Ali Khamenei di Majalah Charlie Hebdo Prancis
Iran marah dan memanggil duta besar Prancis di Iran soal kartun satir pemimpin Iran, Ali Khamenei yang terbit di majalah Charlie Hebdo.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran memanggil duta besar Prancis atas kartun yang dinilai mengolok-olok pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Karikatur bergambar Ayatollah Ali Khamenei itu diterbitkan oleh majalah satir Charlie Hebdo.
Charlie Hebdo juga membagikan puluhan karikatur Ayatollah Ali Khamenei melalui Twitter-nya.
Peluncuran kartun itu bertujuan untuk mendukung protes di Iran yang dimulai sejak September 2022 lalu.
Kementerian Luar Negeri Iran telah memanggil duta besar Prancis di Iran, Nicolas Roche.
Baca juga: Pria Iran Akhiri Hidup di Kota Lyon Prancis, Frustrasi dengan Aksi Protes di Negara Asalnya
Iran minta pertanggungjawaban Prancis
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani mengatakan tindakan media Prancis tersebut melukai harga diri Iran.
"Prancis tidak berhak menghina kesucian negara dan bangsa Muslim lainnya dengan dalih kebebasan berekspresi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, sepert diberitakan The Guardian.
“Iran sedang menunggu penjelasan dan tindakan kompensasi pemerintah Prancis dalam mengutuk perilaku yang tidak dapat diterima dari publikasi Prancis.”
Menteri luar negeri, Hossein Amir-Abdollahian juga menganggapi kartun satir melalui Twitter-nya.
"Tindakan menghina dan tidak senonoh dari publikasi Prancis dalam menerbitkan kartun melawan otoritas agama dan politik tidak akan berjalan tanpa tanggapan yang efektif dan tegas," tulisnya di Twitter, @Amirabdolahian, Kamis (4/1/2023).
“Kami tidak akan membiarkan pemerintah Prancis melampaui batasnya. Mereka pasti telah memilih jalan yang salah,” lanjutnya.
Baca juga: AS Beri Sanksi ke Iran karena Kekerasan dan Eksekusi Mati Demonstran saat Protes Anti-Pemerintah
Majalah satir Charlie Hebdo
Majalah satir Charlie Hebdo memang sering menyuarakan kebebasan berbicara.