Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga China Berbondong-bondong Perbarui Paspor Usai Pembatasan Covid-19 Dicabut

China telah melaporkan 5.272 kematian terkait Covid-19 pada 8 Januari 2023, salah satu tingkat kematian terendah akibat virus corona di dunia.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Warga China Berbondong-bondong Perbarui Paspor Usai Pembatasan Covid-19 Dicabut
REUTERS/Thomas Peter
Antrean panjang di luar kantor imigrasi di Beijing pada hari ini, Senin (9/1/2023), untuk memperbarui paspor setelah China membuka kembali perbatasannya. Hal ini terjadi setelah dicabutnya pembatasan aktivitas akibat Covid-19. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Terjadi antrean panjang di luar kantor imigrasi di Beijing pada hari ini, Senin (9/1/2023), untuk memperbarui paspor setelah China membuka kembali perbatasannya.

Pembukaan kembali pada Minggu (8/1/2023) adalah salah satu langkah terakhir dalam pelonggaran kebijakan nol-COVID di China, yang dimulai pada bulan lalu menyusul aksi protes terhadap kebijakan tersebut.

Seorang pensiunan berusia 67 tahun, Yang Jianguo, ikut bergabung dalam antrean lebih dari 100 orang di ibu kota China, Beijing, untuk memperbarui paspornya. Yang mengatakan dia berencana pergi ke Amerika Serikat untuk melihat putrinya untuk pertama kalinya dalam tiga tahun.

"Dia menikah tahun lalu tetapi harus menunda upacara pernikahan karena kami tidak bisa datang untuk menghadirinya. Kami sangat senang sekarang kami bisa pergi," kata pria itu yang berdiri di samping istrinya, seperti yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: China Buka Perbatasan, Maskapai Internasional Berlomba Naikkan Kapasitas Penerbangan

Kebijakan nol-COVID yang ketat telah mencegah 1,4 miliar penduduk China bepergian selama tiga tahun terakhir. Namun, dicabutnya kebijakan tersebut menimbulkan kekhawatiran baru akan peningkatan kasus COVID-19.

Mata uang dan bursa saham China menguat pada hari ini, karena investor bertaruh bahwa pembukaan kembali dapat membantu menghidupkan kembali ekonomi China yang mengalami pertumbuhan terendah dalam hampir setengah abad.

Langkah Beijing untuk menghapus persyaratan karantina bagi orang-orang yang datang ke China diharapkan dapat meningkatkan perjalanan keluar, karena penduduk tidak akan menghadapi pembatasan tersebut saat mereka kembali.

BERITA REKOMENDASI

Namun, tingkat penerbangan masih relatif kecil dan beberapa negara mewajibkan pengunjung asal China menunjukkan hasil tes COVID-19 negatif. China juga mewajibkan para pelancong menunjukkan hasil tes COVID-19 negatif pada pra-keberangkatan mereka.

Pejabat tinggi kesehatan China dan media pemerintah telah berulang kali mengatakan infeksi COVID-19 memuncak di seluruh negeri dan mereka mengecilkan ancaman yang sekarang ditimbulkan oleh wabah tersebut.

"Hidup bergerak maju lagi!" tulis surat kabar resmi Partai Komunis, People's Daily, dalam editorial yang memuji kebijakan COVID-19 pemerintah pada Minggu malam yang katanya telah beralih dari "mencegah infeksi" menjadi "mencegah penyakit parah".

"Hari ini, virusnya lemah, kita lebih kuat," tulis People's Daily.

Secara resmi, China telah melaporkan 5.272 kematian terkait COVID-19 pada 8 Januari, salah satu tingkat kematian terendah akibat virus corona di dunia.

Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan China tidak melaporkan skala wabah dan pakar virus internasional memperkirakan lebih dari satu juta orang di negara itu dapat meninggal akibat COVID-19 pada tahun ini.

Kelegaan Besar

"Sungguh melegakan bisa kembali normal...kembali saja ke China, turun dari pesawat, naik taksi dan pulang," kata copy editor, Michael Harrold, yang berusia 61 tahun.

Harold, yang ditemui di Bandara Internasional Beijing pada Minggu setelah dia tiba dengan penerbangan dari Polandia, mengatakan dia telah bersiap menjalani karantina dan melakukan beberapa putaran pengujian COVID-19 sekembalinya dia dari Eropa untuk liburan Natal pada awal Desember.

Perusahaan penyiaran China, China Central Television (CCTV), melaporkan pada Minggu bahwa tiket penerbangan langsung dari Korea Selatan ke China hampir terjual habis. Laporan tersebut dengan cepat menjadi paling banyak dibaca di situs media sosial China, Weibo.

Dalam waktu dekat, lonjakan permintaan dari para pelancong akan terhambat oleh terbatasnya jumlah penerbangan baru dari atau menuju China, yang saat ini berada di sebagian kecil dari tingkat pra-COVID.

Baca juga: Kebohongan China Menuju Kebijakan Zero Corona Diungkap Televisi Jepang Sore Ini

Data Flight Master menunjukkan bahwa pada Minggu, China memiliki total 245 penerbangan internasional baik masuk dan keluar negara itu, dibandingkan dengan 2.546 penerbangan pada hari yang sama di 2019, yang berarti mengalami penurunan 91 persen.

Maskapai penerbangan Korea Selatan, Korean Air, mengatakan pada awal bulan ini bahwa pihaknya menghentikan rencana untuk meningkatkan penerbangan ke China, karena Seoul akan berhati-hati terhadap pelancong dari Beijing.

Korea Selatan seperti banyak negara lain kini mewajibkan pelancong dari China, Makau, dan Hong Kong untuk memberikan hasil tes COVID-19 negatif sebelum keberangkatan.

Taiwan, yang mulai mewajibkan pengunjung dari China menunjukkan hasil COVID-19 negatif per 1 Januari, mengatakan pada hari ini hampir 20 persen pelancong China yang dites sejauh ini positif COVID-19.

Pendapatan pariwisata domestik China pada tahun ini diperkirakan akan pulih hingga 70 hingga 75 persen dari tingkat pra-COVID, tetapi jumlah perjalanan masuk dan keluar diperkirakan hanya akan pulih menjadi 30 sampai 40 persen dari tingkat sebelum COVID-19 di tahun ini, menurut laporan China News.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas