Pimpinan Grup Wagner Rusia Klaim Menangkan Perang Paling Brutal di Kota Tambang Garam Ukraina
Pimpinan tentara bayaran Grup Wagner Rusia mengklaim telah mengamankan kendali atas kota tambang garam Soledar
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Pimpinan tentara bayaran Grup Wagner Rusia mengklaim telah mengamankan kendali atas kota tambang garam Soledar yang berada di timur Ukraina.
Soledar telah menjadi fokus pertempuran sengit Rusia dan Ukraina selama berhari-hari, karena Moskow menganggapnya sebagai kota strategis yang terdekat guna menguasai Bakhmut dan wilayah Donbas di timur Ukraina yang lebih besar.
Klaim yang diberikan kepala Grup Wagner Yevgeny Prigozhin belum dapat diverifikasi dan pejabat Ukraina belum mengomentari situasi yang terjadi di Soledar.
Baca juga: Rusia Mobilisasi 500.000 Pasukan Tambahan ke Ukraina, Kepung Kota Soledar
“Unit Wagner menguasai seluruh wilayah Soledar. Sebuah kuali telah terbentuk di pusat kota tempat pertempuran perkotaan sedang berlangsung,” kata Yevgeny Prigozhin, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, pada Selasa (10/1/2023) malam.
“Jumlah narapidana akan diumumkan besok,” tambah Prigozhin, seperti yang dikutip dari Al Jazeera.
Tentara Ukraina yang dikepung telah diberi ultimatum untuk menyerah pada tengah malam (22:00 GMT), kata Grup Wagner melalui layanan perpesanan Telegram.
Soledar berjarak sekitar 15 kilometer atau 9 mil dari kota Bakhmut, dan menguasai kota tambang garam tersebut akan menjadi nilai simbolis, militer, dan komersial bagi Rusia.
Kantor berita negara Rusia RIA mengeluarkan laporan yang mengatakan Grup Wagner telah mengambil alih tambang garam Soledar setelah "pertempuran sengit", sementara Prigozhin membagikan foto dirinya dikelilingi oleh tentara bayarannya di tempat yang diklaim salah satu tambang di Soledar.
Namun, Institute for the Study of War, sebuah think tank yang berbasis di Washington, mengungkapkan perlunya kewaspadaan dalam menanggapi klaim Rusia tersebut.
“Pasukan Rusia belum menangkap keseluruhan #Solesar meskipun klaim palsu Rusia bahwa kota itu telah jatuh dan bahwa #Bakhmut berisiko dikepung dalam waktu dekat,” cuit Institute for the Study of War di Twitter, mencatat bahwa Prigozhin sendiri telah mengakui bahwa perang kota terus berlanjut.
Biaya Besar
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak menyinggung kondisi di Soledar dalam pidato video regulernya pada Selasa malam, ketika dia mengulangi seruannya untuk mendapatkan lebih banyak senjata dari pihak Barat, dengan mengatakan Rusia ingin mengintensifkan kampanye militernya.
Namun, Kementerian Pertahanan Ukraina men-tweet pada Selasa malam, "Bahkan setelah menderita kerugian kolosal, Rusia masih berusaha merebut Soledar - rumah bagi tambang garam terbesar di Eropa."
Ukraina sebelumnya menyatakan pasukannya masih mempertahankan posisi di Soledar, menahan gelombang demi gelombang serangan pasukan Rusia yang mencari kemenangan di medan tempur.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-279: Bakhmut Berubah jadi Rawa Berdarah, Ratusan Orang Tewas
Merebut Soledar akan menjadi pencapaian terbesar Rusia sejak Agustus, setelah serangkaian kemunduran yang memalukan di timur laut dan selatan Ukraina pada paruh kedua tahun 2022.
Namun, setiap kemenangan di Bakhmut akan membutuhkan biaya yang sangat besar, dengan pasukan dari kedua belah pihak mengalami kerugian besar dalam beberapa pertempuran paling sengit sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.
Dalam beberapa hari, Kyiv telah merilis foto-foto yang menunjukkan banyak tentara Rusia tewas tergeletak di ladang berlumpur.
Moskow mengatakan merebut Bakhmut akan menjadi langkah penting untuk mengambil kendali penuh atas wilayah Donetsk Ukraina, salah satu dari empat provinsi yang diklaim telah dianeksasi dua bulan lalu.