Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

DPR AS Minta CDC Selidiki Efek Samping Vaksin Pfizer dan Stroke yang Terjadi pada Orang Tua

CDC AS diminta untuk 'menyelidiki secara cepat' mengenai hubungan potensial antara vaksin virus corona Pfizer dan stroke yang terjadi pada orang tua.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
zoom-in DPR AS Minta CDC Selidiki Efek Samping Vaksin Pfizer dan Stroke yang Terjadi pada Orang Tua
Foto Kumanichi
Vaksin Pfizer. CDC AS diminta untuk 'menyelidiki secara cepat' mengenai hubungan potensial antara vaksin virus corona Pfizer dan stroke yang terjadi pada orang tua. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - DPR Amerika Serikat (AS) telah meminta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS untuk 'menyelidiki secara cepat' mengenai hubungan potensial antara vaksin virus corona (Covid-19) Pfizer dan stroke yang terjadi di antara para orang tua.

Pernyataan ini disampaikan Ketua Komite Perdagangan DPR negara itu, Cathy McMorris Rodgers.

Menurutnya, CDC mengakui risikonya, namun terus merekomendasikan agar setiap orang yang berusia di atas 6 bulan harus menerima suntikan dosis penguat (booster).

Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (15/1/2023), CDC mengumumkan pada Jumat lalu bahwa laporan menunjukkan adanya hubungan antara suntikan penguat bivalen Pfizer dan peningkatan stroke di antara orang dewasa di atas 65 tahun yang telah menerimanya.

Baca juga: BPOM Terbitkan Izin Vaksin Covid-19 Pfizer untuk Anak Usia 6 Bulan - 4 Tahun

Lembaga tersebut mengatakan akan menyelidiki laporan-laporan ini, namun mengklaim 'sangat tidak mungkin' bahwa ada 'risiko klinis yang sebenarnya' dalam vaksin tersebut.

Selain itu, CDC menekankan bahwa setiap orang yang berusia di atas 6 bulan harus mengambil vaksin tersebut.

Berita Rekomendasi

Ini mengindikasikan bahwa kaum lanjut usia (lansia) wajib menerima vaksin ini.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS pada minggu ini telah mengesahkan penggunaan suntikan penguat bivalen pada bayi berusia di atas enam bulan.

Ini terlepas dari fakta bahwa Pfizer tidak pernah melakukan uji coba pada manusia, sebelum meluncurkan suntikan tersebut ke pasaran.

"Kurangnya transparansi selama tiga tahun terakhir telah merusak kepercayaan orang Amerika pada lembaga kesehatan masyarakat kita," kata McMorris, dalam sebuah pernyataan pada Jumat lalu.

Ia menekankan bahwa CDC dan FDA memiliki sistem untuk memantau keamanan vaksin yang telah mengidentifikasi sinyal awal ini.


"Sekarang badan-badan ini harus menyelidiki secara cepat, secara terbuka dan transparan, apakah vaksin tersebut mungkin berkontribusi pada kondisi stroke yang dilaporkan atau tidak," tegas McMorris.

Baca juga: Lima Juta Dosis Vaksin Pfizer Telah Dikirimkan ke 25 Provinsi di Indonesia

McMorris yang merupakan politisi dari Partai Republik menegaskan bahwa CDC dan FDA akan dipanggil untuk bersaksi di hadapan komitenya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas