Kecelakaan Pesawat di Nepal: Pilot Tidak Laporkan Ada Hal yang Tidak Diinginkan saat Menuju Bandara
Petugas bandara menyebut pilot Yeti Airlines yang mengalami kecelakaan tidak melaporkan ada hal yang tidak diinginkan saat pesawat akan mendarat.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Pilot yang membawa pesawat Yeti Airlines, yang mengalami kecelakaan di Nepal, tidak melaporkan ada hal yang tidak diingikan saat pesawat mendekati bandara.
Mengutip BBC.com, seorang juru bicara bandara, Anup Joshi berkata cuaca di pegunungan cerah dan jarak pandang bagus.
Ada angin ringan tetapi tidak ada masalah dengan cuaca.
Pesawat yang membawa 72 orang itu mengalami kecelakaan saat sedang menuju Pokhara dari Kathmandu, Minggu (15/1/2023).
68 jasad telah ditemukan.
Pejabat lokal menyebut kemungkinan ditemukan penumpang selamat adalah nol.
Baca juga: Kecelakaan Pesawat Yeti Airlines di Nepal, Pejabat Lokal Sebut Kemungkinan Tidak Ada yang Selamat
Penyebab kecelakaan belum diketahui.
Rekaman ponsel menunjukkan pesawat berguling tajam saat mendekati bandara.
Pesawat kemudian menghantam tanah di ngarai Sungai Seti, lebih dari satu kilometer dari bandara.
Pilot meminta perubahan dari landasan pacu 3 menjadi landasan pacu 1, yang diberikan oleh bandara, kata Joshi.
"Kami bisa beroperasi dari kedua landasan pacu. Pesawat diizinkan untuk mendarat," kata juru bicara bandara Pokhara.
"Sangat disayangkan bahwa insiden itu terjadi 15 hari setelah bandara dibuka untuk bisnis," tambah Joshi.
Baca juga: Pilot Pesawat Yeti Airlines yang Jatuh di Nepal Berupaya Menghindari Tabrak Permukiman
Rapat kabinet darurat
Mengutip Sky News, PM Nepal Pushpa Kamal Dahal mengadakan rapat kabinet darurat dan mendesak personel keamanan dan masyarakat setempat untuk membantu upaya penyelamatan.
ATR 72 bermesin ganda yang dioperasikan oleh Yeti Airlines sedang dalam perjalanan dari Kathmandu, kata seorang pejabat bandara.
Yeti Airlines mengumumkan semua penerbangan reguler besok akan dibatalkan sebagai bentuk belasungkawa atas para penumpang yang kehilangan nyawa.
Pesawat itu berusia 15 tahun dan dilengkapi dengan transponder tua dengan data yang tidak dapat diandalkan, menurut situs pelacakan penerbangan FlightRadar24.
Kecelakaan kali ini adalah kecelakaan udara paling mematikan di Nepal sejak 1992, menurut database Aviation Safety Network.
Sejarah bencana pesawat
Kecelakaan pesawat di Nepal terbilang cukup sering terjadi.
Nepal merupakan rumah bagi 8 dari 14 gunung tertinggi di dunia, termasuk Everest.
Cuaca yang dapat berubah tiba-tiba dapat menimbulkan kondisi berbahaya.
Uni Eropa bahkan melarang maskapai penerbangan Nepal dari wilayah udaranya sejak 2013 karena masalah keamanan.
Tahun lalu, 22 orang tewas ketika sebuah pesawat jatuh di lereng gunung.
Pada tahun 2018 sebuah pesawat penumpang AS-Bangla dari Bangladesh jatuh saat mendarat di Kathmandu, menewaskan 49 dari 71 orang di dalamnya.
Pada tahun 1992, semua 167 orang di dalam pesawat Pakistan International Airlines tewas ketika menabrak bukit saat mencoba mendarat di Kathmandu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.