IMF Peringatkan Meningkatnya Risiko Ekonomi Global
Laporan tersebut menyoroti bahwa selain pembatasan perdagangan dan hambatan penyebaran teknologi, fragmentasi
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - International Monetary Fund (IMF) telah memperingatkan bahwa krisis biaya hidup yang semakin dalam, tingkat utang yang tinggi dan ketegangan geopolitik di seluruh dunia dapat merugikan ekonomi global hingga 7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurut laporannya yang dikeluarkan pada hari Minggu lalu, pembatasan perdagangan yang meningkat dapat mengakibatkan apa yang disebutnya sebagai 'fragmentasi geoekonomi'.
"Biaya fragmentasi perdagangan jangka panjang bervariasi dari 0,2 persen dari output global hingga hampir 7 persen, yang kira-kira merupakan gabungan output tahunan Jerman dan Jepang. Jika decoupling teknologi ditambahkan ke dalam campuran, beberapa negara dapat mengalami kerugian hingga 12 persen dari PDB," kata IMF.
Baca juga: India Sampaikan Dukungan Terkait Rencana Restrukturisasi Utang Sri Lanka ke IMF
Namun menurut analisis, dampak penuh kemungkinan akan lebih besar.
Laporan tersebut menyoroti bahwa selain pembatasan perdagangan dan hambatan penyebaran teknologi, fragmentasi dapat dirasakan melalui pembatasan migrasi lintas batas, berkurangnya aliran modal dan penurunan tajam dalam kerja sama internasional.
"Ini yang membuat kita tidak dapat mengatasi tantangan dari dunia yang lebih rawan goncangan," jelas IMF.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (18/1/2023), IMF menjelaskan bahwa konsumen berpenghasilan rendah di negara maju akan kehilangan akses ke barang impor yang lebih murah.
"Ekonomi pasar terbuka yang kecil akan sangat terpukul. Sebagian besar negara di Asia akan menderita karena sangat bergantung pada perdagangan terbuka," papar IMF.
Laporan ini lebih lanjut menunjukkan bahwa negara berkembang tidak akan lagi mendapatkan manfaat dari 'tumpahan teknologi' yang telah mendorong pertumbuhan produktivitas dan standar hidup.
"Alih-alih mengejar tingkat pendapatan ekonomi maju, negara berkembang hanya akan semakin tertinggal," pungkas IMF.