China Sensor Rumor Seputar Covid-19 Selama Perayaan Imlek
Lebih dari 600.000 orang telah meninggal sejak pembatasan nol-Covid dicabut pemerintah negara itu pada Desember 2022.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Peringatan dini tentang wabah tersebut pada awalnya diabaikan dan dianggap sebagai rumor oleh Dokter China Li Wenliang
Laporan yang lebih baru tentang wabah massal setelah pencabutan aturan pembatasan pun dicap sebagai 'karnaval bashing China' di media pemerintah.
Pejabat kesehatan mengklaim bahwa gelombang infeksi saat ini telah mencapai puncaknya.
Namun itu mengikuti peringatan infeksi lebih lanjut yang menyebar sepanjang tahun baru Imlek, saat ratusan juta orang melakukan perjalanan ke seluruh penjuru negeri untuk 'pulang kampung'.
Baca juga: Resep Bihun Bebek, Inspirasi Hidangan Makan Malam saat Imlek
Orang-orang didesak untuk tidak mengunjungi kerabat mereka yang termasuk dalam kelompok lanjut usia (lansia), kecuali jika diperlukan.
Pada Kamis kemarin, Airfinity mengatakan pemodelan baru mereka telah meningkatkan perkiraan jumlah kasus dan kematian di China.
Jumlah kematian sejak Desember 2022 hingga saat ini di negara itu diperkirakan mencapai 608.000, angka ini naik dari perkiraan sebelumnya yakni 437.000.
Organisasi tersebut juga mengubah perkiraan dua gelombang infeksi berturut-turut menjadi satu yang 'lebih besar dan lebih parah', membawa sebanyak 62 juta kasus baru selama periode liburan 14 hari.
"Kematian diperkirakan mencapai 36.000 per hari pada 26 Januari (2023) selama Festival Tahun Baru Imlek. Ini naik dari perkiraan kematian sebelumnya yang mencapai 25.000 per hari. Implikasi dari satu gelombang yang lebih besar dibandingkan dengan dua gelombang yang lebih kecil adalah peningkatan tekanan pada rumah sakit dan krematorium. Oleh karena itu juga berpotensi meningkatkan rasio kasus kematian," kata Airfinity.
Badan sensor China tampaknya kesulitan mengendalikan komentar media sosial yang kritis setelah pembalikan kebijakan nol Covid.
Program anyar ini menunjukkan upaya baru China dalam membasmi perbedaan pendapat, dan memastikan lingkungan online-nya mencerminkan citra dan cita-cita Partai Komunis yang berkuasa.
"Tampaknya cara terbaik untuk menyelesaikan masalah adalah dengan ‘menutup mulutmu'. Saya tidak bisa mengatakan apa-apa selain pujian," kata seorang warga China di media sosial.