Direktur CIA Mendadak Temui Mahmoud Abbas di Ramallah, Apa yang Dibahas?
Direktur CIA William Burns dikabarkan baru saja menemui Presiden Palestina Mahmoud Abbas di kota Ramallah, Palestina, di Tepi Barat tengah.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, RAMALLAH - Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) William Burns dikabarkan baru saja menemui Presiden Palestina Mahmoud Abbas di kota Ramallah, Palestina, di Tepi Barat tengah.
Jumat lalu, Burns tiba di Tel Aviv Israel untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat Israel dan Palestina di tengah eskalasi di Tepi Barat.
Menurut media setempat, WAFA, Mahmoud Abbas bertemu dengan Burns di Ramallah pada hari Minggu malam.
Dalam pertemuan tersebut, pemimpin Palestina itu menyatakan pentingnya menekan pemerintah Israel untuk menghentikan tindakan sepihak dan mematuhi semua perjanjian yang ditandatangani.
Dikutip dari Sputnik News, Senin (30/1/2023), sebelumnya pada Jumat lalu, polisi Israel melaporkan serangan teroris di sebuah sinagog di Yerusalem Timur.
Menurut polisi negeri zionis itu, tujuh orang tewas akibat penembakan di lingkungan Neve Yaakov.
Penyerang dilaporkan merupakan seorang warga Yerusalem Timur berusia 21 tahun bernama Alkam Kheiry.
Baca juga: 9 Warga Palestina Tewas dan 20 Terluka Parah dalam Serangan Israel di Kota Jenin
Serangan itu terjadi 24 jam setelah serangan besar-besaran yang dilakukan tentara Israel di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat, di mana setidaknya 9 warga Palestina tewas dan lebih dari 16 lainnya luka-luka.
Sabtu lalu, menurut polisi Israel, dua orang terluka akibat penembakan di Kota Daud, sebuah situs arkeologi di Yerusalem. Insiden itu dikualifikasikan sebagai dugaan serangan teroris.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah menjanjikan tanggapan 'kuat dan cepat' terhadap serangan teror tersebut.
Baca juga: 2 Warga Palestina Tewas di Tangan Pasukan Israel di Jenin, Satu Korban Berprofesi Guru
Sementara itu, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir mengatakan setelah rapat kabinet keamanan pada Sabtu lalu bahwa ia akan mengusulkan Undang-undang yang mengizinkan hukuman mati terhadap teroris.