Cerita Para Penyintas Pemboman Masjid di Pakistan yang Alami Trauma
Sedikitnya 100 orang, yang sebagian besar polisi, tewas dan lebih dari 225 orang terluka dalam ledakan bunuh diri pada Senin (30/1/2023).
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Sedikitnya 100 orang tewas dan lebih dari 225 orang terluka dalam ledakan bunuh diri paling mematikan di sebuah masjid kota Peshawar, Pakistan barat laut, pada Senin (30/1/2023).
Para korban yang berhasil menyelamatkan diri dari insiden itu mengaku merasakan trauma.
Naib Rehman (44) terbaring di ranjang rumah sakit dengan kaki terbungkus perban.
Pria itu mengingat ketika dia berdiri untuk salat bersama dengan 300 jemaah lainnya.
"Saya sedang berdiri dengan teman-teman saya ketika ledakan melemparkan kami dan saaat kami mencoba bangkit, dalam beberapa detik seluruh atap runtuh," tuturnya seperti dikutip Al jazeera.
"Kami cukup beruntung menemukan jalan dan merangkak keluar, tetapi kaki saya terluka parah," imbuh Rehman, yang bekerja di Departemen telekomunikasi untuk kepolisian setempat.
Baca juga: Korban Tewas akibat Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Bertambah jadi 100 Orang, 225 Lainnya Terluka
Seperti kebanyakan orang yang terluka, Rehman dibawa ke rumah sakit utama kota Peshawar, Lady Reading.
"Meski saya kehilangan beberapa teman, itu tidak akan menyurutkan saya," paparnya.
Rehman terbaring bersama tujuh pasien lainnya di bangsal rumah sakit mengaku akan kembali ke pekerjaannya.
"Ini adalah tugas saya. Saya tidak akan takut dengan serangan ini," tegasnya.
Cerita lain datang dari Yashwa Tariq (28).
Tariq sedang bertugas di Peshawar ketika menerima telepon dari seorang temannya yang memberitahukan bahwa rumahnya di sebelah masjid rusak akibat ledakan.
Baca juga: Respons Surya Paloh Sikapi Isu Reshuffle Kabinet Jokowi: Kita Harus Bisa Pahami
"Hati saya hancur,” kata Tariq, yang bergegas pulang setelah menerima telepon rekannya.
"Semua tetangga dan teman saya berusaha menyingkirkan puing-puing dengan tangan kosong," ucapnya.
"Saya berhasil menemukan putra saya yang terluka, tertutup debu dan tidak bisa membuka matanya," katanya.
Istri Tariq, saudara perempua dan neneknya terjebak di bawah atap yang runtuh di ruangan lain.
Tariq berhasil menarik putranya dan membawanya ke Rumah Sakit Lady Reading, dan berdoa agar keluarganya yagn lain selamat.
Istri, putra, dan saudara perempuannya berhasil bertahan, tetapi nenek dari pihak ibu, Rasheeda Bibi meninggal dunia.
“Istri saya mengalami patah tulang di kedua kakinya,” kata Tariq kepada Al Jazeera.
Baca juga: 5 Fakta Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Tewaskan 100 Orang, Sasar Polisi dan Pelaku Diduga Taliban
“Adikku memiliki luka di kepalanya. Anak saya menderita trauma. Nenek saya telah meninggal. Saya tidak punya tempat untuk kembali. Aku tidak punya rumah lagi.”
Beberapa rumah lain di samping masjid, yang merupakan kompleks tempat tinggal polisi juga rusak.
Dampak ledakan itu sangat parah hingga merobohkan atap di atas ruang salat utama masjid, tempat hampir 300 jemaah akan memulai salat.
Lebih lanjut, tidak seperti Rehman, Yaris Khan, seorang polisi juga tinggal di Police Lines mengatakan bahwa insiden itu menggoyahkan kepercayaan dirinya.
“Kami mengetahui serangan terhadap polisi dan petugas keamanan,” kata pria berusia 29 tahun itu kepada Al Jazeera sambil berdiri di dekat puing-puing masjid.
“Kami mengharapkan serangan di pos pemeriksaan. Tapi kami tidak pernah membayangkan serangan terjadi di dalam kompleks kami. Penjagaannya sangat ketat.”
Memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya tidak pernah terpikir olehnya, katanya.
Baca juga: 5 Fakta Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Tewaskan 100 Orang, Sasar Polisi dan Pelaku Diduga Taliban
“Ini adalah pekerjaan yang memberi makan kami. Ayahku juga di kepolisian," ucapnya.
"Apa lagi yang akan saya lakukan jika bukan ini? Istri saya meminta saya untuk berhenti dari pekerjaan dan kembali ke desa kami, tetapi saya mengatakan kepadanya bahwa tugasnya harus didahulukan.”
Perdana Menteri Pakistan janjikan tindakan tegas bagi pelaku pemboman
Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengutuk serangan itu dan menjanjikan "tindakan tegas". Para pejabat telah mengumumkan penyelidikan atas ledakan di zona polisi dengan keamanan tinggi.
"Tragedi kemanusiaan yang sangat besar tidak terbayangkan," cuit Sharif setelah mengunjungi Peshawar.
“Ini tidak kurang dari serangan terhadap Pakistan.”
Faksi Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), juga dikenal sebagai Taliban Pakistan, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi juru bicara TTP kemudian membantah berperan dalam ledakan itu.
Baca juga: Korban Tewas Bom Bunuh Diri di Masjid Pakistan Bertambah jadi 93 Orang, 221 Lainnya Terluka
Gencatan senjata selama berbulan-bulan antara TTP dan Pakistan runtuh tahun lalu dan kelompok itu sejak itu meningkatkan serangannya terhadap personel keamanan Pakistan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)