Rusia akan Pangkas Produksi Minyak pada Maret 2023, Balas Sanksi Pembatasan Harga oleh Barat
Mulai Maret 2023, Rusia akan memangkas produksi minyak sebagai balasan atas pembatasan harga oleh negara Barat.
Penulis: Nuryanti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Rusia akan memangkas produksi minyak mulai Maret 2023.
Langkah Rusia ini sebagai tanggapan atas pembatasan harga yang diberlakukan oleh negara-negara Barat.
Seorang pejabat tinggi energi Rusia mengatakan, ini sebagai tanda pertama Moskow bergerak mempersenjatai pasokan minyak setelah memangkas ekspor gas alam ke Eropa pada 2022 lalu.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, mengatakan pemotongan 500.000 barel per hari setara dengan sekitar 5 persen produksi Rusia atau 0,5 persen pasokan dunia, akan membantu memulihkan hubungan pasar.
Pengumuman itu muncul beberapa hari setelah sanksi Uni Eropa (UE) terbaru dan tindakan Barat lainnya terhadap sektor minyak Rusia berlaku sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina.
Alexander Novak telah lama memperingatkan bahwa Rusia dapat membalas tindakan Barat yang dirancang untuk memukul pendapatan minyaknya.
“Rusia yakin mekanisme pembatasan harga untuk menjual minyak dan produk minyak Rusia mengganggu hubungan pasar,” kata Alexander Novak dalam sebuah pernyataan, Jumat (10/2/2023), dilansir Financial Times.
“Ini melanjutkan kebijakan energi destruktif dari negara-negara kolektif Barat," sambungnya.
Alexander Novak mengungkapkan, Rusia telah menemukan pembeli untuk semua produksinya, meskipun ada sanksi.
Baca juga: Selama Invasi di Ukraina, Jelang Setahun Invasi 1.500 Tank Rusia Dilaporkan Hancur
Seorang sumber industri mengatakan kepada BBC bahwa ratusan kapal tanker telah diakuisisi oleh perusahaan dalam beberapa pekan terakhir.
Hal ini menciptakan apa yang disebut "armada gelap" yang siap membawa minyak mentah Rusia dengan harga lebih tinggi.
Penurunan besar terakhir dalam produksi minyak Rusia terjadi pada April 2022 lalu, ketika turun hampir 9 persen menyusul pengenalan sanksi Barat atas invasi Rusia ke Ukraina.
Namun sejak saat itu, Rusia berhasil membangun rantai logistik untuk penjualan minyaknya.
Tahun lalu, produksi minyak Rusia naik 2 persen menjadi 10,7 juta barel per hari.
Diberitakan Reuters, Rusia mengambil keputusan untuk mengurangi produksinya tanpa berkonsultasi dengan kelompok produsen OPEC+ , termasuk Arab Saudi.
OPEC+ memutuskan pada Oktober 2022 untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari dan belum menyesuaikan sikap sejak saat itu.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-352: Moskow Mencoba Terobos Pertahanan Kota Kreminna
Pada Juni 2022, Uni Eropa setuju untuk menghentikan semua impor minyak mentah Rusia melalui laut dalam enam bulan berikutnya sebagai bagian dari sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Negara-negara G7 dan Uni Eropa sepakat pada Desember 2022 untuk membatasi harga di mana pialang, asuransi, dan pengirim barang Barat dapat memperdagangkan minyak lintas laut Rusia untuk pasar di tempat lain sebesar $60 per barel.
Awal Februari 2023, negara-negara UE juga melarang impor solar dan impor minyak sulingan Rusia.
Diketahui, harga minyak naik setelah Alexander Novak mengumumkan pemotongan tersebut.
Uni Eropa, negara-negara G7, dan Australia, telah membatasi jumlah yang akan mereka bayarkan untuk minyak dan produk olahan.
Rusia adalah satu di antara produsen minyak terbesar di dunia.
Baca juga: Rusia Luncurkan Serangan Drone dan Rudal di Sisi Selatan dan Timur Ukraina
Sebagai tanggapan pembatasan harga, Rusia telah melarang kesepakatan apa pun yang melibatkan batas tersebut.
"Mulai hari ini, kami sepenuhnya menjual seluruh volume minyak yang diproduksi."
"Namun seperti yang dinyatakan sebelumnya, kami tidak akan menjual minyak kepada mereka yang secara langsung atau tidak langsung mematuhi prinsip 'batas harga'.
"Dalam hal ini, Rusia akan secara sukarela mengurangi produksi sebesar 500.000 barel per hari pada bulan Maret."
"Ini akan berkontribusi pada pemulihan hubungan pasar," tegas Alexander Novak, Jumat.
(Tribunnews.com/Nuryanti)