Bertahan Jaga Keluarga dari Perang, Suami di Suriah Ini Gagal Selamatkan Istri dan Anak dari Gempa
Kisah memilukan itu satu diantaranya tentang seorang warga Suriah bernama Naser al-Wakaa, yang selama bertahun-tahun mampu menjaga keamanan dari peran
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, DAMASCUS - Begitu banyak kisah pilu yang dialami para korban gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 skala richter yang mengguncang Turki dan Suriah pada Senin lalu.
Kisah memilukan itu satu diantaranya tentang seorang warga Suriah bernama Naser al-Wakaa, yang selama bertahun-tahun mampu menjaga keamanan keluarganya dari perang, pemboman hingga serangan udara, namun perjuangannya menjaga keluarganya pun kandas saat gempa bumi menghantam rumah mereka di Jandaris di barat laut Suriah.
Gempa tersebut meratakan bangunan dan mengubur istri dan sebagian besar keluarganya di bawah reruntuhan.
Tim penyelamat pun telah berhasil menarik dua anaknya hidup-hidup dari puing-puing itu pada malam hari.
Dikutip dari laman The Guardian, Sabtu (11/2/2023), dua anak itu terlihat mengalami memar dan tertutup debu bersama dengan anak lainnya.
Namun istri dan setidaknya lima anaknya yang lain tewas.
Berbicara kepada seorang reporter saat ia duduk di tengah reruntuhan rumahnya, yang dikelilingi beton rusak dan logam yang bengkok, wajahnya tampak sedih.
Ia berduka karena kehilangan sebagian keluarganya, ini terlihat saat tangannya memegang erat-erat pakaian bayi yang diletakkan pada wajahnya.
Dalam keputusasaan dan kebingungan, ia menamai anak-anaknya 'laki-laki dan perempuan', tanpa menyebutkan berapa banyak anak yang ia miliki.
"Rumah kami berguncang, kami terbiasa dengan serangan udara, kami terbiasa dengan roket, bom laras, ini normal bagi kami. Tapi gempa bumi, itu adalah kuasa Tuhan," kata al-Wakaa.
Ia pun berlari keluar rumah dan berkata bahwa permintaannya tidak terlalu banyak, dirinya hanya ingin ada salah satu dari anaknya yang selamat.
Sehingga ia masih memiliki alasan untuk menjalani hidup.
"Tolong Tuhan, biarkan satu selamat. Saya hanya ingin salah satu dari anak-anak saya," jelas al-Wakaa.
Di kampung halamannya di Jandaris yakni di seberang perbatasan dengan Turki, tepat di daerah kantong wilayah yang dikuasai pemberontak, banyak rumah rata dengan tanah dan sebagian lainnya runtuh.
Baca juga: Bayi Suriah yang Lahir di Bawah Puing Bangunan Diberi Nama Aya, Artinya Keajaiban
Petugas penyelamat dan penduduk setempat, terkadang dibantu oleh penggali mekanik, menggali reruntuhan untuk menemukan korban selamat.
Di bagian lain kota, tim penyelamat mengeluarkan Ahmed Abduljabbar yang berusia lima tahun, satu-satunya yang selamat dari keluarganya yang beranggotakan enam orang.
Sementara itu sepupunya yang telah dewasa, Ahmed Abu Chehab menghabiskan waktunya berjam-jam untuk mengangkat batu yang menumpuk demi bisa mendengar suaranya, sebelum ia dibawa ke ambulans.
Dari tempat tidurnya di rumah sakit dekat kota Azaz, bocah itu berkata bahwa saat gempa terjadi, dirinya dan sang ayah sedang duduk di ruang tamu.
"Ayah saya dan saya sedang duduk di ruang tamu ketika saya mendengar suara gempa menghantam," kata Abduljabbar.
Imam yang memimpin salat Jumat di masjid Jandaris pun berjuang menahan air mata saat berkhotbah pada Jumat waktu setempat.
Perserikata Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan 14 truk bantuan telah menyeberang ke Suriah barat laut pada Jumat.
Ini merupakan bantuan luar pertama yang mencapai Jandaris, wilayah yang dikuasai oleh pemberontak yang memerangi pemerintah Suriah dan di antara daerah yang paling parah terkena dampak gempa Senin lalu.
Setelah gempa, Wakaa memanggil beberapa putranya, mengetahui bahwa dua anak laki-lakinya, Faisal dan Mohsin telah tewas.
Putri sulungnya Heba juga ditemukan tewas bersama adik perempuannya Israa di pangkuannya.
Begitu pula dengan Samiha, saudara lainnya yang ditemukan tewas di dekatnya.
Wakaa kemudian mencengkeram secarik kertas di tangannya yang ditemukan di buku catatan yang terkubur di reruntuhan.
Baca juga: Update Gempa Turki dan Suriah: Lebih dari 22.000 Orang Tewas selama 5 Hari Evakuasi
Di pemakaman, Wakaa tampak sangat terpukul saat menyaksikan para penggali kubur menurunkan jenazah salah seorang anaknya yang diselimuti kain putih ke dalam kuburan komunal bersama korban bencana lainnya.