Soal Insiden Balon Mata-mata, Joe Biden Ingin Bicara dengan Xi Jinping Tapi Bukan untuk Minta Maaf
China mengatakan balon setinggi 200 kaki (60 meter) yang ditembak jatuh oleh Amerika untuk memantau kondisi cuaca.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia berharap dapat berbicara dengan Presiden China Xi Jinping mengenai balon mata-mata China yang ditembak jatuh oleh jet tempur AS awal bulan ini.
Biden tidak mengungkapkan kapan dia akan berbicara dengan Xi, tetapi mengatakan Amerika Serikat secara diplomatis terus terlibat dengan China dalam masalah tersebut.
"Saya berharap untuk berbicara dengan Presiden Xi. Saya harap kita akan menyelesaikan masalah ini, tetapi saya tidak meminta maaf karena telah menurunkan balon itu," kata Biden pada Kamis (16/2/2023), yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: 6 Balon Mata-mata Rusia Ditembak Jatuh di Kota Kyiv Ukraina, Disebut Gantikan Drone Pengintai
Secara terpisah, Wakil Asisten Menteri Pertahanan Departemen Pertahanan AS untuk Tiongkok, Michael Chase, berencana mengunjungi Taiwan dalam beberapa hari mendatang, menurut laporan Financial Times yang mengutip seorang sumber.
Chase akan menjadi pejabat pertahanan AS paling senior yang mengunjungi pulau itu sejak 2019. Sementara China mengklaim Taiwan sebagai miliknya.
Setelah pidatonya, Biden mengatakan, "Saya pikir hal terakhir yang diinginkan Xi adalah merusak hubungan secara mendasar dengan Amerika Serikat dan dengan saya."
China mengatakan balon setinggi 200 kaki (60 meter) yang ditembak jatuh itu untuk memantau kondisi cuaca, namun Washington mengatakan objek yang ditembak jatuh itu jelas balon pengintai dengan bagian bawah yang besar berisi barang elektronik.
Biden, yang hanya memberikan sedikit komentar publik mengenai serentetan objek udara yang terbang di langit AS, mulai angkat suara setelah anggota parlemen AS menuntut lebih banyak informasi tentang insiden tersebut, yang telah membingungkan banyak orang Amerika.
Dia mengatakan, komunitas intelijen AS masih berusaha mempelajari lebih lanjut tentang tiga objek tak dikenal, termasuk satu yang ditembak jatuh di atas Alaska, satu di atas Kanada, dan yang objek ketiga yang ditembak jatuh ke Danau Huron.
Pemerintah AS mengatakan benda-benda itu ditembak jatuh karena menimbulkan ancaman bagi penerbangan sipil.
"Kami belum tahu persis apa tiga objek ini, tetapi saat ini tidak ada yang menunjukkan bahwa mereka terkait dengan program balon mata-mata China atau mereka adalah kendaraan pengintai dari negara lain," ujar Biden.
Komunitas intelijen AS yakin benda-benda itu "kemungkinan besar adalah balon yang diikatkan ke perusahaan swasta, lembaga rekreasi atau penelitian," kata Biden.
Biden menambahkan, objek-objek tersebut kemungkinan terlihat karena kinerja radar yang ditingkatkan sebagai respons terhadap balon China.
"Itulah mengapa saya mengarahkan tim saya untuk kembali kepada saya dengan aturan yang lebih tajam tentang bagaimana kita akan menangani objek tak dikenal ini ke depan, membedakan antara yang cenderung menimbulkan risiko keselamatan dan keamanan yang memerlukan tindakan dan yang tidak, " ungkap presiden AS itu.
Biden mengatakan, hasil tinjauan administrasi mengenai bagaimana menangani objek tak dikenal untuk ke depannya akan diklasifikasikan dan dibagikan dengan anggota Kongres AS yang relevan.
“Parameter ini akan tetap dirahasiakan sehingga kami tidak memberikan peta jalan kepada musuh kami untuk mencoba menghindari pertahanan kami,” katanya.
Pernyataan Biden mengikuti laporan bahwa balon China, yang jatuh pada 4 Februari setelah melintasi Amerika Serikat, awalnya memiliki lintasan yang akan melewati Guam dan Hawaii tetapi terhempas oleh angin.
Insiden itu mendorong Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk menunda kunjungannya bulan ini ke Beijing, dengan kedua belah pihak telah merencanakan untuk berusaha menstabilkan hubungan yang kian memanas.
Jadwal kehadiran Blinken di Konferensi Keamanan Munich pada akhir pekan mendatang telah menimbulkan spekulasi bahwa dia dapat bertemu dengan diplomat top China, Wang Yi, di konferensi itu.