Perusahaan Barat Hengkang, Merek China Gantikan iPhone dan Hyundai di Pasar Rusia
Sekarang, merek China telah mengambil alih hampir seluruhnya, dengan menguasai sekitar 95 persen pasar smartphone setahun kemudian
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Selama setahun terakhir, ratusan perusahaan global telah meninggalkan Rusia sebagai tanggapan atas invasi yang dilancarkan ke Ukraina.
Hal tersebut memaksa orang-orang Rusia menemukan alternatif untuk mendapatkan produk mulai dari smartphone hingga mobil.
Melansir dari CNN, raksasa produsen smartphone China Xiaomi dan produsen mobil Geely termasuk di antara perusahaan yang mengalami lonjakan penjualan dalam beberapa bulan terakhir, menurut data industri.
Baca juga: Jadi Penerus 12T Series, Xiaomi 13T akan Dirilis Akhir Tahun Ini
iPhone dan Samsung Galaxy yang pernah menjadi merek dengan penjualan terlaris di Rusia, kini mulai digantikan oleh merek smartphone China seperti Xiaomi dan Realme, menurut Counterpoint Research.
Pabrikan China sudah populer di Rusia bahkan sebelum perang di Ukraina meletus, dengan menguasai sekitar 40 persen pasar smartphone pada Desember 2021.
Sekarang, merek China telah mengambil alih hampir seluruhnya, dengan menguasai sekitar 95 persen pasar smartphone setahun kemudian, menurut data Counterpoint.
Sementara itu, Samsung dan Apple, melihat pangsa pasar gabungan mereka turun dari 53 persen menjadi hanya 3 persen dibandingkan periode yang sama ketika mereka menarik diri dari Rusia.
Kisah serupa juga terjadi di industri otomotif Rusia. Selama setahun terakhir, produsen mobil China Chery dan Great Wall Motor telah masuk ke dalam 10 merek kendaraan penumpang teratas, sementara BMW dan Mercedes Jerman telah menghilang, menurut data dari S&P Global Mobility.
Baca juga: Uni Eropa Umumkan Paket Sanksi ke-10 terhadap Rusia atas Perang di Ukraina
Rusia mencapai rekor pembelian mobil China terbesar pada tahun lalu, menurut penyedia data Autostat. Penjualan mobil baru China di negara itu naik 7 persen pada 2022, menjadi 121.800 kendaraan, bahkan saat pasar ambruk, kata Autostat dalam sebuah laporan pada bulan lalu.
Lada, merek lokal yang sudah menjadi produsen mobil paling populer di Rusia sejak sebelum perang, juga melihat pangsa pasarnya tumbuh dari 22 persen menjadi 28 persen pada 2022, menurut data S&P.
Produsen mobil global telah menarik diri dari Rusia menyusul invasinya ke Ukraina, termasuk Renault, Hyundai dan Kia.
“Itu meninggalkan lubang besar di pasar. Dan orang Cina dengan senang hati mengisi lubang itu,” kata pendiri perusahaan konsultan Sino Auto Insights yang berbasis di Beijing, Tu Le.
Xiaomi, Realme, dan Honor, merek yang sebelumnya dimiliki oleh raksasa teknologi China Huawei, "bereaksi cepat untuk mengambil peluang," kata direktur asosiasi Counterpoint Research, Jan Stryjak.
"Mereka meningkatkan pengiriman ke Rusia masing-masing sebesar 39 persen, 190% dan 24% pada kuartal ketiga 2022, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya," tambahnya.
Xiaomi menjadi perusahaan China yang menerima keuntungan paling besar, dengan menggandakan pangsa pasarnya sepanjang tahun. Perusahaan yang berbasis di Beijing ini sekarang menjadi penjual smartphone teratas di Rusia, sebagian besar karena seri Redmi yang populer, perangkat terjangkau yang dikenal dengan kualitas kamera tinggi.
Baca juga: Kanada Pasok Empat Tank Leopard ke Ukraina, Berlakukan Sanksi Baru untuk Rusia
Masa-masa Sulit Bagi Konsumen
Meskipun merek China menuai keuntungan dari embargo Barat, pasar Rusia menyusut karena kemerosotan ekonominya.
Tahun lalu, penjualan smartphone Rusia turun 33 persen menjadi 21 juta unit, menurut Counterpoint Research. Sebagai perbandingan, pasar smartphone Eropa turun 20 persen.
Pasar mobil Rusia bernasib lebih buruk, turun hampir 60 persen pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut Autostat.
Muncul pertanyaan besar dari para analis, apakah pasar Rusia akan berubah untuk selamanya.
Jika perang di Ukraina berakhir, Apple dan Samsung kemungkinan akan membangun kembali operasi di negara tersebut, dan dengan cepat merebut kembali penjualan smartphone, kata Stryjak.
Meski begitu, dengan kembalinya merek internasional, pemain China dapat mempertahankan pijakan mereka, terutama mengingat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali rantai pasokan.
Banyak kemungkinan akan tergantung pada berapa lama perang akan berlangsung.
“Menyatakan ini dengan agak kasar, tetapi merek Rusia dan merek China adalah jenis pemain pengganti yang sebenarnya,” kata Tu Le.
"Stand-in mungkin menjadi pemain permanen," imbuhnya.