Reaksi Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei soal Kasus 650 Siswi Keracunan Gas
Pemimpin tertinggi Iran menyebut dugaan peracunan siswi Iran dalam beberapa bulan terakhir sebagai kejahatan "tak termaafkan".
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyebut, kasus keracunan gas 650 siswi sebagai kejahatan tak termaafkan.
"Pihak berwenang harus secara serius menindaklanjuti masalah keracunan siswa," kata Khamenei, dikutip dari Guardian.
"Ini adalah kejahatan besar dan tak termaafkan," imbuhnya.
"Para pelaku kejahatan ini harus dihukum berat," jelasnya.
Ia menegaskan tidak akan ada amnesti bagi mereka yang terbukti bersalah terlibat kasus keracunan gas 650 siswi di Iran.
Ini merupakan reaksi publik pertama pemimpin tertinggi tersebut sejak muncul dugaan keracunan sekitar tiga bulan kemarin.
Baca juga: Keracunan Makanan di Bandung Barat, 1 Lansia Meninggal dan 216 Warga Alami Gejala Diare hingga Mual
Pejabat Iran mengakui insiden itu beberapa pekan terakhir.
Pihak berwenang tidak memberikan rincian tentang siapa yang mungkin berada di balik keracunan tersebut atau kandungan bahan kimia jika ada yang digunakan.
Pada Senin (6/3/2023), terungkap bahwa pihak berwenang menangkap seorang jurnalis yang berbasis di Qom, Ali Pourtabatabei.
Diketahui jurnalis tersebut secara teratur melaporkan dugaan keracunan gas 650 siswi itu.
Aktivis Iran dan kelompok hak-hak sipil menyerukan aksi unjuk rasa nasional minggu ini untuk mengecam kegagalan pihak berwenang untuk berbuat lebih banyak untuk menyelidiki keracunan tersebut.
Tidak ada bukti yang muncul yang secara definitif menghubungkan insiden tersebut dengan serangan racun.
Baca juga: Iran Selidiki Kasus Keracunan Gas 650 Siswi, Racun Diduga Sengaja Disebar agar Sekolah Tutup
Beberapa ahli di luar Iran mengatakan faktor psikologis dapat berperan dalam setidaknya beberapa kasus.
Beberapa pihak berwenang telah meminta orang tua untuk menunjukkan ketenangan, dengan beberapa menyiratkan histeria massal sedang berlangsung.
Dikutip dari BBC, keracunan pertama terjadi pada 30 November, ketika 18 siswa dari Sekolah Teknik Nour di kota religius Qom dibawa ke rumah sakit.
Sejak saat itu, lebih dari 10 sekolah perempuan menjadi sasaran di provinsi sekitarnya.
Sedikitnya 194 anak perempuan dilaporkan telah diracun dalam sepekan terakhir di empat sekolah di Kota Borujerd, di provinsi barat Lorestan.
Gadis-gadis yang diracuni melaporkan mencium bau jeruk keprok atau ikan busuk sebelum jatuh sakit.
Awal bulan Februari, setidaknya 100 orang melakukan protes di luar kantor gubernur di Qom.
Baca juga: Sebanyak 205 Warga Bandung Barat Alami Keracunan Makanan setelah Hadiri Acara Pernikahan
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)