Ukraina Desak ICC Selidiki Video yang Menunjukkan Tentara Rusia Bunuh Tawanan Perang
Beredar video di media sosial menunjukkan seorang tawanan perang Ukraina dieksekusi setelah ia mengatakan "kejayaan bagi Ukraina".
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Ukraina mendesak International Criminal Court (ICC) atau Mahkamah Pidana Internasional untuk menyelidiki sebuah video di media sosial yang diduga memperlihatkan tentara Rusia membunuh tawanan perang Ukraina.
Dilansir The Guardian, dalam video yang pertama kali beredar di Telegram, seorang pejuang Ukraina terlihat berdiri di parit dangkal dan merokok.
Tentara itu mengatakan "kejayaan bagi Ukraina".
Tak lama kemudian, ia ditembak dengan senjata otomatis.
Senin (6/3/2023) malam, menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menulis di Twitter bahwa video mengerikan itu merupakan bukti bahwa perang ini adalah genosida.
Kuleba menekankan pentingnya jaksa Mahkamah Pidana Internasional Karim Khan meluncurkan penyelidikan segera atas kejahatan perang yang keji itu.
Baca juga: Yuan Depak Dolar AS sebagai Mata Uang Paling Banyak Diperdagangkan di Pasar Rusia
“Pelaku harus diadili,” katanya.
Komisaris hak asasi manusia Ukraina, Dmytro Lubinets, mengatakan bahwa dia telah mengirimkan video tersebut ke “mitra internasional” negara tersebut.
“Sekali lagi, mereka melanggar konvensi Jenewa."
"Mereka tidak akan menghindari tanggung jawab atas kekejaman mereka,” tulis Lubinets.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, tampaknya mengutuk dugaan pembunuhan itu.
Ia memposting pesan di akun Instagram-nya pada Senin malam yang berbunyi:
"Puji Pahlawan kita ... Puji Ukraina."
Baca juga: Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu Kunjungi Kota Mariupol, Ukraina
The Guardian tidak dapat memverifikasi video tersebut secara independen, atau di mana video itu direkam.
Kyiv sebelumnya menuduh Moskow menyiksa dan membunuh tahanan sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Pada bulan Juli, sebuah video muncul yang menunjukkan seorang tentara Rusia mengebiri dan kemudian membunuh seorang tahanan Ukraina.
Misi pemantau hak asasi manusia PBB pada saat itu mengatakan terkejut dengan rekaman itu.
Bulan lalu, Konstantin Yefremov, seorang letnan senior Rusia, melarikan diri setelah bertugas di Ukraina.
Ia menjelaskan kepada Guardian bagaimana pasukan negaranya menyiksa tawanan perang dan mengancam beberapa dengan pemerkosaan.
Sepanjang perang, Kremlin juga menuduh tentara Ukraina mengeksekusi tawanan perang Rusia dan barat mengabaikan insiden tersebut.
Kantor ICC akan dibuka di Ukraina
Baca juga: Bos Wagner Rusia Sarankan Pengkhianatan dalam Pertempuran Bakhmut Ukraina
Sementara itu, seperti dilansir Euro News, seorang jaksa mengatakan Ukraina sedang dalam proses pembukaan kantor Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Hal itu dilakukan sebagai upaya Kyiv membentuk pengadilan khusus untuk mengadili pejabat Rusia yang bertanggung jawab atas kejahatan perang.
ICC saat ini menyelidiki kemungkinan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan selama perang di Ukraina tetapi tidak memiliki mandat untuk mengejar kejahatan agresi yang lebih luas.
"Hari ini, Kabinet Menteri Ukraina menyetujui sebuah memorandum antara pemerintah Ukraina dan Mahkamah Pidana Internasional, yang akan memungkinkan pembukaan kantor Jaksa Mahkamah Pidana Internasional di Ukraina dalam waktu dekat," kata Jaksa Agung Ukraina, kata Andriy Kostin, Sabtu (4/3/2023).
Berbicara di konferensi tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan negaranya "akan semakin memperkuat hubungan dengan ICC".
"Presiden Rusia Vladimir Putin dan semua kaki tangannya harus menerima hukuman yang sah dan adil," kata Zelensky.
Ia seraya menambahkan bahwa Kyiv telah mendaftarkan lebih dari 70.000 kejahatan perang Rusia yang dilakukan di Ukraina.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)