Protes Perang di Ukraina, Anak-anak Rusia Jadi Sasaran Tindakan Keras Kremlin
Keluarga Moskalyev telah dimasukkan ke dalam daftar keluarga dalam situasi berbahaya secara sosial.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Alexey mengklaim, kepalanya dibenturkan ke dinding dan dia dikunci di sebuah ruangan dengan lagu kebangsaan Rusia yang diputar dengan suara keras. Dia kemudian didakwa lagi karena mendiskreditkan tentara, sehingga Alexey sekarang menghadapi hukuman tiga tahun penjara.
Pekan lalu, Alexey ditahan selama dua hari di pusat penahanan pra-sidang sementara Masha, yang saat ini berusia 13 tahun, dibawa ke tempat penampungan anak.
Menurut pengacaranya Vladimir Biliyenko, Alexey telah dibebaskan dan menjadi tahanan rumah.
“Alexey berada dalam tahanan rumah, dia hanya diperbolehkan menghubungi saya dan para penyelidik,” ungkap Biliyenko.
“Masha ada di tempat penampungan. Kami sedang bekerja agar dia kembali dan tahanan rumah dicabut. Kami telah mengajukan pengaduan kepada jaksa agung dan Komisaris Hak Asasi Manusia di Federasi Rusia. Jika sang ayah menerima hukuman penjara, putrinya akan dikirim ke panti asuhan," imbuhnya.
Biliyenko tidak mengomentari dugaan penganiayaan Alexey selama dalam tahanan.
Kepala komisi kota Yefremov untuk urusan remaja, Svetlana Davydova, mengatakan kepada media pemerintah Rusia RBC, keluarga Moskalyev telah dimasukkan ke dalam daftar "keluarga dalam situasi berbahaya secara sosial".
Masha saat ini terjebak di pusat anak-anak, dan menurut media lokal dia tidak akan dibebaskan.
“Sudah umum bagi seluruh keluarga untuk diseret ke dalam penganiayaan, bahkan jika hanya satu anggota yang 'bersalah' di mata rezim, terutama jika seseorang itu masih di bawah umur,” kata redaktur pelaksana OVD-Info English, Dan Storyev.
Tidak hanya Masha, seorang siswi Moskow berusia 10 tahun ditahan ketika orang tua teman sekelasnya melaporkan dia menggunakan "Saint Javelin" sebagai foto profil dalam obrolan kelompok kelas.
Saint Javelin adalah sebuah meme yang menjadi simbol perlawanan Ukraina di masa perang, dengan gambar ikon religius berjubah kuning dan biru yang memegang senjata besar.
Belakangan diketahui, gadis itu dan ibunya diinterogasi serta rumah mereka digeledah, tetapi pada akhirnya tidak ada tuntutan yang diajukan.
Dalam kasus lain di Siberia timur, anak laki-laki pengunjuk rasa anti-perang bernama Natalia Filonova berusia 16 tahun dikirim ke panti asuhan terpencil yang berjarak 186 mil dari rumahnya, sementara dia ditahan karena berpartisipasi dalam rapat umum dan diduga menyerang dua petugas polisi dengan pulpen.
“Saat ini kami melihat tren yang mengkhawatirkan tentang anak di bawah umur yang dianiaya oleh rezim, bersama dengan keluarga mereka,” lanjut Storyev.