Sejumlah Pasukan Rusia Maju ke Garis Depan untuk Gali Parit atau Bawa Amunisi, Dihukum bila Menolak
Rusia disebut memiliki unit anti-mundur di Bakhmut. Beberapa bertugas menggali parit atau bawa amunisi, diperintahkan maju ke depan tanpa boleh mundur
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Rusia yang tak bersenjata dikirim ke garis depan peperangan semata-mata hanya untuk menggali parit atau membawa amunisi.
Hal itu diungkap oleh tentara Ukraina yang diwawancarai oleh The New York Times.
Rusia mungkin telah membuat kemajuan di Bakhmut sejak mengobarkan pertempuran lebih dari tujuh bulan yang lalu.
Tetapi ada harga mahal yang harus dibayarkan.
Seorang pejabat NATO memperkirakan, 5 tentara Rusia tewas untuk setiap 1 tentara Ukraina yang tewas.
Seorang petugas media untuk Brigade Serangan Ketiga Ukraina, yang telah menghabiskan tiga bulan terakhir di Bakhmut, mengatakan kepada The New York Times bahwa unitnya menduga beberapa pejuang Rusia mungkin menggunakan narkoba, karena mereka berani maju menuju kematian.
Baca juga: Vladimir Putin Puji China Jelang Kunjungan Presiden Xi Jinping ke Rusia
Meski begitu, tak ada bukti tentara Rusia memakai narkoba selama peperangan.
Tapi para pejuang itu juga mungkin tidak punya banyak pilihan.
Rusia menggunakan apa yang dijelaskan oleh komandan Ukraina kepada Times sebagai "unit anti-mundur".
Di unit tersebut, beberapa dari pasukan tidak bersenjata, mereka bertugas mendorong tembakan musuh ke depan.
Yaroslav, seorang tentara Ukraina yang memimpin unit pesawat tak berawak, mengatakan kepada Times bahwa para pejuang itu dapat menghadapi kemungkinan eksekusi atau pemenjaraan jika mereka putar balik.
Tentara Ukraina yang diwawancarai oleh Times hanya menyebutkan nama depan atau nama panggilan militer mereka.
Dalam rekaman drone yang diperlihatkan ke Times, seorang tentara Rusia yang tidak bersenjata tampak melihat ke belakang sebentar sebelum dia terus bergerak maju ke arah tembakan senjata.
"Kau lihat? Dia tidak membawa senjata," kata Yaroslav kepada Times.
"Dia seorang penggali."
Baca juga: Kekurangan Amunisi, Tentara Rusia Dilaporkan Berperang Menggunakan Sekop
Para komandan Ukraina juga telah mendengar perintah melawan pembelotan dalam panggilan telepon yang disadap atau melihat perintah tertulis di dokumen yang ditemukan di saku seorang tentara yang tewas, Times melaporkan.
Strategi Rusia lainnya yang dilaporkan, termasuk mengirim tahanan yang direkrut oleh Grup Wagner, organisasi paramiliter Yevgeny Prigozhin, ke garis depan untuk menarik tembakan dan mengungkap posisi unit Ukraina.
"Saya akan jujur. Itu jenius. Taktik yang kejam, tidak bermoral, tapi efektif."
"Taktik itu berhasil. Dan itu masih berhasil di Bakhmut," kata seorang tentara kepada BBC.
Yaroslav mengatakan kepada Times, sebagian besar tentara Rusia di Bakhmut memiliki sedikit pelatihan tetapi efektif dalam merangkak dan bersembunyi di bawah tanah.
"Mereka hanya akan merangkak," katanya kepada Times.
"Bahkan ketika ada peluru terbang satu meter di atas kepala mereka, mereka akan terus merangkak."
Diplomat Inggris Sebut Rusia Kehilangan 800 Orang per Kilometer di Bakhmut
Seorang diplomat Inggris mengatakan, ratusan tentara Rusia terbunuh untuk setiap kilometer tanah yang direbut di sekitar kota Bakhmut.
Dilaporkan Newsweek, Ian Stubbs, penasihat militer senior dalam delegasi Inggris untuk Organisasi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, berbicara kepada Ukrinform di sela-sela Forum Kerja Sama Keamanan di Wina pada Rabu (15/3/2023).
Baca juga: Jenderal Rusia Ungkap Pasukan Moskow Serang 92 Unit Artileri Ukraina di 114 Daerah
Stubbs mengatakan, pasukan Moskow dan rekan tentara bayaran Grup Wagner mereka memakan banyak korban dalam "pertempuran intensif" di wilayah Donetsk.
"Selama seminggu terakhir, kami telah melihat pertempuran intensif saat Rusia melanjutkan serangannya di Donbas," tambah Stubbs.
"Rusia menderita tingkat korban yang sangat tinggi."
"Sejak Mei tahun lalu, antara 20.000 dan 30.000 pasukan Wagner dan pasukan reguler Rusia telah terbunuh dan terluka di daerah sekitar Bakhmut saja; angka kehilangan nyawa manusia itu sangat besar untuk kemajuan teritorial total kira-kira 25 kilometer saja," ujarnya.
"Korban seperti itu berarti lebih dari 800 personel Rusia terbunuh atau terluka untuk setiap kilometer yang dicapai, sebagian besar dari mereka adalah pejuang Wagner," tambah Stubbs.
Oligarki Yevgeny Prigozhin, yang memiliki dan mengoperasikan Grup Wagner, merasa semakin sulit untuk memasok kembali apa yang disebutnya 'penggiling daging' di timur Ukraina.
"Semua orang dapat melihat kebenarannya. Militer Rusia dan industri pertahanannya gagal dalam Ukraina," kata Stubbs.
Baik Rusia maupun Ukraina tidak secara teratur menerbitkan angka korban dalam perang.
Moskow hanya mengonfirmasi kematian sekitar 6.000 tentara yang bertempur di Ukraina.
Kyiv mengklaim telah membunuh lebih dari 162.000 orang Rusia sejak 24 Februari 2022.
Sementara itu, perkiraan Barat berkisar hingga sekitar 200.000 orang Rusia tewas dan terluka.
Pejabat Barat juga mengatakan, Ukraina mungkin telah kehilangan hingga 100.000 tentara tewas dalam lebih dari satu tahun pertempuran.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)