100 Orang Tewas dalam Serangan Udara Junta Militer Myanmar di Kota Sagaing
Sebanyak 50 orang tewas dalam serangan udara Junta Militer Myanmar di Kota Sagaing pada Selasa (11/4/2023) pagi. Jumlah korban berpotensi bertambah.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Diperkirakan sejumlah 100 orang meninggal dunia setelah militer Myanmar melakukan meluncurkan serangan udara di desa Pa Zi Gyi, Sagaing, Myanmar, pada Selasa (11/4/2023).
Juru bicara militer Myanmar, Zaw Min Tun, membenarkan penyerangan ini.
Serangan udara itu terjadi saat upacara pembukaan kantor kelompok milisi yang diduga menentang kekuasaan mereka.
"Ada upacara pembukaan kantor (Pasukan Pertahanan Rakyat), (Selasa) pagi sekitar pukul 8 pagi di desa Pa Zi Gyi. Kami menyerang tempat itu," katanya.
"Beberapa yang tewas adalah pejuang anti-kudeta berseragam, tapi mungkin ada beberapa orang dengan pakaian sipil," kata Zaw Min Tun, dikutip dari Reuters.
Zaw Min Tun kemudian menyalahkan milisi yang menanam ranjau di kawasan itu, sehingga menyebabkan lebih banyak kematian.
Baca juga: Menlu Retno Marsudi: Indonesia Kerja Keras Tangani Masalah Myanmar
“Menurut informasi lapangan yang kami dapat, orang-orang terbunuh bukan karena serangan kami saja. Ada beberapa ranjau yang ditanam oleh PDF (Tentara Pertahanan Rakyat) di sekitar area itu,” katanya.
Ia menambahkan, serangan udara itu juga mengenai area penyimpanan mesiu dan tambang, yang dinilai memperburuk dampak serangan.
Saksi mengatakan, jet tempur militer Myanmar menjatuhkan bom di balai komunitas itu.
Helikopter tempur menyusul tak lama kemudian, menembaki orang-orang yang selamat di tempat kejadian dan menghambat upaya penyelamatan.
“Banyak orang termasuk anak-anak tewas dan korban bisa melebihi 50 orang,” kata U Nay Zin Latt, mantan legislator wilayah itu, dikutip dari France24.
Seorang warga Pa Zi Gyi bernama Ko Aung, yang tiba di lokasi tak lama setelah serangan itu, mengatakan dia melihat mayat-mayat bergelimpangan di tanah.
“Sepeda motor terbakar dan rumah juga hancur total akibat pengeboman. Orang-orang menangis saat mereka mencari kerabat mereka,” katanya.
Ko Aung mengatakan, dia kehilangan kerabat dalam serangan itu.
Bahkan, ia harus berlindung di bawah jembatan beton ketika helikopter Mi-35 muncul di langit dan mulai menembaki orang-orang di darat.
Baca juga: Dijanjikan Kerja di Thailand Malah Dikirim ke Myanmar, 30 TKI Ilegal Mengaku Disekap dan Disiksa
Kecaman PBB
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, mengutuk keras serangan itu.
Ia menyerukan mereka yang bertanggung jawab untuk dimintai pertanggungjawaban.
"Kami mengutuk keras serangan oleh Angkatan Bersenjata Myanmar hari ini," katanya, Selasa (11/4/2023).
Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, mengatakan turut mengecam penyerangan ini.
Dia juga mengimbau mereka yang terluka untuk diizinkan perawatan medis mendesak dan akses bantuan.
Komisaris PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, juga mengatakan dia ngeri dengan serangan itu, mengutuk pengabaian terang-terangan terhadap aturan hukum internasional yang menyerukan perlindungan warga sipil.
“Ada alasan yang masuk akal untuk meyakini militer dan milisi yang berafiliasi dengannya bertanggung jawab atas berbagai macam pelanggaran dan pelanggaran hak asasi manusia sejak 1 Februari 2021, beberapa di antaranya mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang,” tambah Turk.
Serangan itu menyusul laporan serangan udara di negara bagian Chin utara, di mana setidaknya sembilan orang tewas.
“Serangan kekerasan ini lebih lanjut menggarisbawahi pengabaian rezim terhadap kehidupan manusia dan tanggung jawabnya atas krisis politik dan kemanusiaan yang mengerikan di Burma (Myanmar) setelah kudeta Februari 2021,” kata laporan itu.
Militer Myanmar membantah tuduhan internasional bahwa mereka telah melakukan kekejaman terhadap warga sipil.
Mereka berdalih sedang memerangi "teroris" yang bertekad untuk mengacaukan negara.
Baca juga: Ingin Pulihkan Demokrasi, Junta Myanmar Janjikan Pemilu Adil dan Bebas pada Agustus 2023
Militer Myanmar Serang Warga Sipil
Wilayah Sagaing, tempat penyerangan berlangsung, merupakan kota yang melakukan perlawanan paling sengit terhadap militer Myanmar.
Video yang beredar di media sosial memperlihatkan mayat-mayat berada di antara rumah-rumah yang hancur.
"Kami akan menyelamatkan Anda jika kami mendengar Anda berteriak," kata seseorang dalam video tersebut.
"Tolong berteriak!" katanya lagi.
Seorang penyelamat yang terhubung dengan kelompok Pasukan Pertahanan Rakyat anti-kudeta mengatakan, wanita dan anak-anak termasuk di antara yang tewas, dikutip dari Channel News Asia.
Setelah menemukan jenazah dan mengangkut korban untuk perawatan medis, dia memperkirakan jumlah korban tewas bisa mencapai 100 orang.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Myanmar