IMF: Dunia yang Multipolar Berisiko Timbulkan Perang Dingin Baru
International Monetary Fund (IMF),memperingatkan bahwa membiarkan ekonomi global terpecah menjadi blok perdagangan mandiri dapat memicu Perang Dingin
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa membiarkan ekonomi global terpecah menjadi blok perdagangan mandiri dapat memicu Perang Dingin lainnya.
Pernyataan ini ia sampaikan saat berbicara dalam konferensi pers di Pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia pada Kamis lalu.
Ia pun mengakui bahwa peristiwa baru-baru ini seperti pandemi virus corona (Covid-19) dan konflik di Ukraina telah mengungkap kekurangan dalam globalisasi dan menyoroti pentingnya mengendalikan rantai pasokan kritis.
Dikutip dari laman Russia Today, Senin (17/4/2023), dirinya berpendapat bahwa pemerintah tidak boleh terlalu jauh 'bergerak ke dalam' untuk mengamankan ekonomi mereka.
"Pertanyaannya adalah dapatkah kita lebih bertekad untuk meningkatkan keamanan pasokan tetapi tidak mendorong dunia sejauh kita berada dalam Perang Dingin kedua?. Saya yakin itu mungkin. Jika kita gagal menjadi lebih rasional, maka orang-orang di manapun akan menjadi lebih buruk," kata Georgieva, sambil menyerukan agar dunia 'sedikit lebih berkepala dingin'.
Sebelumnya negara-negara G7 merilis pernyataan pada Rabu lalu yang menekankan pentingnya 'meningkatkan ketahanan rantai pasokan' serta berjanji untuk bekerja sama dengan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Surat resmi tersebut secara luas dipahami sebagai ekspresi dari keinginan bersama grup itu untuk membentuk rantai pasokan baru yang tidak terlalu bergantung pada China.
"Biaya jangka panjang dari fragmentasi perdagangan bisa setinggi 7 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto) global, atau 12 persen dengan tambahan 'pemisahan teknologi'," tegas Georgieva selama pidato pembukaannya di pertemuan tersebut.
Ia mendesak rekan-rekannya untuk 'meningkatkan kerja sama internasional' untuk menjaga aliran modal, terutama investasi asing.
Sebuah kertas kerja IMF yang dibahas pada konferensi itu berpendapat bahwa membiarkan ekonomi global untuk memisahkan diri dari dunia 'demokratis' Barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di satu sisi dan China, Rusia serta saingan AS lainnya di sisi lain, akan menjadi bencana besar bagi negara-negara kecil.
Kekhawatiran telah meningkat mengenai China yang meletakkan kabel komunikasi bawah laut setelah menutup pembangunan cabang baru dari jaringan internasional yang ada.
"Presiden Prancis Emmanuel Macron juga berencana untuk menjadi tuan rumah pertemuan puncak tentang membangun 'kerangka keuangan baru'," kata Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire.
Baca juga: Utang AS dan China Membengkak, IMF Peringatkan Dampaknya Bisa Picu Krisis Ekonomi Dunia
Ia menyarankan agar tidak melakukan pemisahan total ekonomi global dari China.
Pengumuman itu muncul setelah seruan Macon diterima dengan baik oleh beberapa anggota Uni Eropa (UE), seruan itu berisi permintaan agar UE memperjuangkan 'Otonomi strategis' dari AS.
Konflik di Ukraina telah menguras pundi-pundi Eropa dan persediaan senjata, baik melalui bantuan langsung ke Ukraina maupun peningkatan biaya penggantian energi Rusia yang diembargo dengan alternatif yang lebih mahal seperti gas alam cair AS.
Sementara itu, negara-negara BRICS sedang mendiskusikan penerbitan mata uang bersama, yang membuat AS kecewa.
Selama ini AS memastikan bahwa dunia harus bergantung pada status dolar sebagai mata uang cadangan dunia demi menjaga nilainya tetap tinggi di tengah rekor inflasi yang hampir mencapai rekor dan tingkat pencetakan uang yang sampai sekarang belum terlihat.