Rusia Kembali Targetkan Ibu Kota Kyiv dan Kota Lainnya di Ukraina, Setidaknya 12 Orang Tewas
Rusia kembali melancarkan serangan besar-besaran di ibu kota Kyiv, setidaknya 12 orang tewas dan beberapa orang terluka.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Gelombang serangan rudal Rusia pada Jumat (28/4/2023) pagi menghantam beberapa kota di seluruh Ukraina, menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai banyak orang lainnya, menurut pejabat Ukraina seperti dilansir CNBC.com
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut serangan udara itu sebagai "malam teror lainnya dari Rusia".
Ia juga menyerukan eskalasi sanksi global terhadap Moskow.
Pertahanan udara Ukraina menembak jatuh 11 rudal jelajah Rusia di wilayah udara Kyiv, administrasi militer regional melaporkan.
Pihak berwenang mengatakan serangan rudal itu adalah yang pertama di ibu kota negara itu dalam 51 hari terakhir.
Rentetan serangan terjadi pada saat para analis melihat potensi serangan balasan Ukraina berskala besar dalam waktu dekat, yang didukung oleh dukungan militer dan ekonomi Barat senilai miliaran dolar.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-429: PM Ukraina Undang Paus Fransiskus Kunjungi Kyiv
Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov mengatakan hari Jumat bahwa Ukraina sedang menyelesaikan rencana untuk serangan balasan terhadap pasukan Rusia.
Ia menekankan bahwa itu dapat diluncurkan dalam waktu dekat.
"Segera setelah ada kehendak Tuhan, cuaca dan keputusan komandan, kami akan melakukannya," kata Reznikov dalam jumpa pers online, menurut Reuters, tanpa memberikan garis waktu tertentu.
Sementara itu, berikut perkembangan lainnya seputar situasi perang Rusia-Ukraina, masih dikutip dari CNBC.com.
Rusia dilaporkan memecat wakil menteri pertahanan yang terkena sanksi Barat
Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Kolonel Jenderal Mikhail Mizintsev, telah dipecat, menurut Reuters.
Reuters mengutip laporan dari seorang blogger militer dan situs berita terkemuka.
Mizintsev, yang dijuluki "Penjagal Mariupol", dikenai sanksi oleh Barat pada Juni 2022 karena mendalangi pengepungan kota Mariupol di Ukraina menjelang awal perang tahun lalu.
Ia kemudian diangkat sebagai wakil menteri pertahanan Rusia yang bertanggung jawab atas logistik dan perbekalan pada September 2022.
Pemecatannya dilaporkan oleh blogger militer Rusia, Alexander Sladkov, dan oleh situs berita RBC.
Baca juga: Mengapa Grup Tentara Bayaran Wagner Rusia Ada di Sudan? Apa Hubungannya dengan Perang di Ukraina?
Tidak ada outlet yang menawarkan alasan atau penjelasan untuk pemecatannya, menurut Reuters.
Kementerian pertahanan Rusia juga tidak segera menanggapi laporan tersebut.
Menteri keuangan Ukraina mengatakan Kyiv harus menggunakan China sebagai pengaruh untuk memenangkan perang dengan Rusia
Menteri Keuangan Ukraina Serhiy Marchenko mengatakan kepada CNBC bahwa Ukraina harus menggunakan China sebagai pengaruh untuk membantu mengakhiri konflik dengan Rusia.
Komentarnya muncul tak lama setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden China Xi Jinping melakukan panggilan telepon pertama mereka sejak invasi dimulai tahun lalu.
“Saya tidak sepenuhnya yakin bahwa kita dapat menekankan sesuatu yang khusus setelah percakapan ini, tetapi yang benar-benar dapat saya katakan kepada Anda adalah bahwa penting untuk melanjutkan dialog antara negara kami,” kata Marchenko kepada CNBC.
“Kami benar-benar memahami pentingnya China dan kami sangat memahami pentingnya bagi kami untuk menciptakan hubungan kami sendiri dengan China dan untuk mencegah China sepenuhnya mendukung Rusia.”
Ditanya apakah China dapat dilihat sebagai sahabat Ukraina dalam upaya menemukan kompromi untuk perdamaian, Marchenko menjawab, “Tentu saja tidak."
"Sahabat terbaik kami adalah Amerika Serikat, negara-negara G-7 dan semua mitra kami yang mendukung Ukraina."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)