Penuhi Undangan Putin, 6 Pemimpin Negara Pecahan Uni Soviet Hadiri Victory Day di Rusia
6 pemimpin negara pecahan Uni Soviet hadiri Victory Day di Rusia untuk memenuhi undangan Presiden Vladimir Putin. Mereka akan mengunjungi Moskow.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Enam pemimpin dari negara pecahan Uni Soviet akan menghadiri Victory Day atau Hari Kemenangan pada Selasa (9/5/2023).
Mereka akan bergabung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Lapangan Merah, Moskow.
Enam pemimpin itu adalah Presiden Belarus, Alexander Lukashenko; Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev; Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan; Presiden Tajik, Emomali Rahmon; Pemimpin Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev; dan Presiden Kyrgyzstan, Sadyr Japarov.
Bersama Presiden Vladimir Putin, keenam pemimpin itu akan menyaksikan prosesi Victory Day, termasuk parade militer.
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu berjanji akan memamerkan 125 kendaraan militer dan 10.000 personel di Lapangan Merah.
Perayaan Hari Kemenangan Rusia pada Selasa (9/5/2023) menandai peringatan 78 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II, dikutip dari The Moscow Times.
Baca juga: Jelang Victory Day Uni Soviet, Rusia Cemas soal Keamanan saat Parade 9 Mei 2023
Pawai Resimen Abadi di Kedutaan Rusia di AS
Sehari sebelumnya, Kedutaan Rusia di Amerika Serikat (AS) telah merayakan Pawai Resimen Abadi, yang merupakan bagian dari Victory Day.
Melalui saluran Telegram Kementerian Luar Negeri Rusia, terlihat potret warga Rusia yang membawa foto keluarga atau orang terkasih mereka yang gugur dalam Perang Dunia II melawan Nazi Jerman.
Sekira 120 orang mengikuti pawai Resimen Abadi di Kedutaan Rusia pada Senin (8/5/2023) malam.
Mereka termasuk karyawan dan siswa sekolah, diplomat, petugas WAT, serta anggota keluarganya.
Baca juga: Zelensky: Rusia akan Dikalahkan Seperti Halnya Nazi
21 Wilayah Rusia Batal Rayakan Victory Day
Sejumlah 21 wilayah Rusia telah membatalkan rencana perayaan Victory Day pada Selasa (9/5/2023).
Wilayah-wilayah tersebut khawatir dengan serangan Ukraina, terutama di wilayah perbatasan.