Zelensky Dilarang Berpidato di Kontes Menyanyi Eurovison, Penyelenggara Tak Ingin Ada Unsur Politik
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ingin memberikan pidatonya dalam kontes menyanyi internasionl, tetapi panitia menolak permintaannya.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dilarang menyampaikan pidato di kontes menyanyi internasional Eurovision.
Acara puncak Eurovision Song Contest akan digelar pada Sabtu (13/5/2023) di Liverpool, Inggris.
Sebagai pemenang tahun lalu, Ukraina harusnya menjadi tuan rumah Eurovision tahun ini.
Tetapi karena situasi perang dengan Rusia, Ukraina memberikan kesempatan itu kepada Inggris yang merupakan juara kedua.
Namun, penyelengara tidak mengizinkan Volodymyr Zelensky untuk tampil karena ingin menjauhkan acara itu dari unsur politik.
Mengutip Euronews, dalam sebuah pernyataan, European Broadcasting Union (EBU), yang memproduksi kontes tersebut, mengatakan telah menolak permintaan Zelensky untuk berbicara kepada penonton - yang bisa mencapai 200 juta orang di seluruh dunia - meskipun memuji niat baiknya.
Baca juga: Zelensky: Ukraina Belum Luncurkan Serangan Balasan ke Rusia, Butuh Lebih Banyak Waktu
"Eurovision Song Contest adalah pertunjukan hiburan internasional, dan diatur oleh peraturan dan prinsip ketat yang telah ditetapkan sejak penciptaannya," ujar EBU.
"Salah satu landasan Kontes adalah sifat non-politis dari acara tersebut."
"Prinsip ini melarang kemungkinan membuat pernyataan politik atau sejenisnya."
Namun, sumber BBC mengatakan kepada surat kabar The Times bahwa negosiasi yang "sulit dan rumit" sedang berlangsung.
Penyelenggara Eurovision mengkhawatirkan konsekuensi jika menolak permintaan Zelensky untuk berbicara di kontes tersebut.
Penolakan tersebut juga menuai kritik di beberapa kalangan.
Beberapa mengklaim negara yang dilanda perang itu secara moral harus diberi kesempatan untuk berbicara menentang agresi Rusia.
Penampilan publik dan pidato oleh Presiden Ukraina secara luas dipandang memainkan peran penting dalam membantu menggalang simpati publik dan mengamankan dukungan Barat.
Zelensky seringkali memberikan pidatonya secara virtual di acara-acara non-politik.
Ia pernah tampil di festival film Berlin, Cannes, dan Venesia, serta Penghargaan Golden Globe di bulan Januari.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-443: Inggris Sumbang Rudal Storm Shadow Jarak Jauh ke Kyiv
Tahun lalu, ia tampil mengejutkan di Grammy Awards.
Meski begitu, penampilan Zelensky pernah menimbulkan kontroversi.
Ia pernah berpidato di Festival Musik Sanremo di Italia.
Sekelompok politisi Italia kemudian berpendapat bahwa pidatonya di acara tersebut terlalu politis.
Tentang Eurovision Song Contest
Mengutip CNBC.com, Eurovision Song Contest digagas oleh European Broadcasting Union (EBU), sebuah aliansi lembaga penyiaran publik, sebagai cara merayakan budaya dan kesatuan Eropa pascaperang.
Eurovision Song Contest Pertama kali diadakan di Lugano, Swiss, pada tahun 1956.
Meskipun EBU mengatakan bahwa Eurovision bersifat apolitis, interaksi politik di dalamnya kerap menjadi sorotan.
“Setiap tahun di panggung Eurovision kami melihat pesan politik dan sosial diproyeksikan melalui lagu, melalui penampilan artis,” kata Dean Vuletic, sejarawan Eropa kontemporer di Universitas Wina.
“Inilah mengapa orang suka menonton Eurovision karena itu selalu merupakan cerminan dari zeitgeist politik di Eropa,” tambahnya.
Dalam beberapa dekade sejak didirikan, kontes itu telah berkembang pesat, bahkan melibatkan negara-negara non-Eropa seperti Australia.
Namun acara itu tetap merupakan produksi bersama antara penyiar publik EBU, dengan semua negara yang berpartisipasi — biasanya sekitar 40 negara — membayar biaya untuk ambil bagian.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)