Pelajar TK & SD di Jepang Berangkat dan Pulang Sekolah Sendiri, Tak Pernah Diantar Jemput Orang Tua
Mereka mengenakan seragam putih hitam membawa tas ransel berbentuk kotak juga alat musik jenis pianika terlihat tidak takut saat menyeberang jalan.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JEPANG - Sudah jamak terjadi ketika waktu masuk dan pulang situasi di sekolah-sekolah Indonesia ramai.
Orang tua atau sanak saudara sibuk saat pagi hari mengantar dan menjemput anaknya sekolah terutama mereka yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak(TK) atau Sekolah Dasar(SD).
Bahkan kemacetan juga kerap terjadi karena banyak ayah atau ibu siswa menjemput menggunakan kendaraan pribadi baik roda dia atau roda empat.
Namun, pemandangan tersebut tidak terjadi di Jepang.
Sore hari di Tennoji, sebuah daerah di pusat kota Osaka mendadak ramai anak-anak tingkat TK dan SD baru saja keluar dari kereta rel listrik(KRL) Jalan Railways(JR).
Mereka mengenakan seragam putih hitam membawa tas ransel berbentuk kotak juga alat musik jenis pianika terlihat tidak takut saat menyeberang jalan di zebra cross.
Sembari penuh tawa mereka berlari-larian saat lampu diperbolehkan menyeberang jalan menyala. Dengan ceria mereka melintasi jalan protokol kota yang besar.
Sama sekali tidak ada ketakutan atau kekhawatiran di wajah mereka.
Usut punya usut ternyata anak-anak di negeri Sakura sudah diajari mengenai manfaat dan kegunaan transportasi publik sejak dini.
Anak-anak juga diajari bagaimana caranya menggunakan jasa kereta rel listrik(KRL) juga menyeberang jalan raya dan membaca lampu lalu lintas serta marka jalan.
"Mereka ada pelajaran wajibnya. Sudah diajari sejak TK, " ujar seorang warga negara Jepang bernama Aryani saat berbincang dengan Tribunnews.com, Rabu(17/5/2023).
Baca juga: Badan Pariwisata Jepang Periksa Biro Perjalanan yang Lakukan Tagihan Berlebihan kepada Pemerintah
Aryani juga menceritakan sebelum dilepas untuk bisa berangkat dan pulang sendirian ke sekolah anak-anak TK dan SD tersebut didampingi guru.
Mereka juga sering diajak menaiki KRL dan memanfaatkan transportasi publik.
"Jadi kalau lagi antar ke jalan sama guru lebih banyak jumlah muridnya ketimbang guru, "ujarnya.
Para orang tua di Jepang lanjutnya juga tidak khawatir anak-anaknya tidak diantar jemput ke sekolah.
Karena memang di Jepang kata Aryani pelajaran hidup soal kemandirian sudah ditanamkan sejak dini.
"Jadi apa-apa harus mandiri tidak tergantung orang lain, "katanya.