Gadis Remaja di India Tewas Ditikam di Ruang Publik, Tersangka Sudah Ditangkap
Mayat korban yang belum teridentifikasi, ditemukan Minggu (28/5/2023) malam di Shahbad Dairy di lingkungan Rohini, Delhi utara.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Seorang gadis berusia 16 tahun ditikam secara brutal hingga tewas di ruang publik yang ramai.
Ditemukan pula luka pukulan pada jasad remaja tersebut.
Insiden mengerikan itu terjadi di Ibu Kota India pada Minggu (28/5/2023).
Mayat korban yang belum teridentifikasi, ditemukan Minggu (28/5/2023) malam di Shahbad Dairy di lingkungan Rohini, Delhi utara, di mana insiden itu terjadi.
Pada Senin (29/5/2023) sore, polisi India mengatakan mereka telah menangkap seorang tersangka laki-laki bernama Sahil sehubungan dengan pembunuhan tersebut.
Aksi sadis tersebut terekam kamera keamanan.
Video menunjukkan insiden berlangsung sekitar satu menit.
Baca juga: Amnesty: Ancaman Pembunuhan dan Penyanderaan Pilot Susi Air Tidak Bisa Dibenarkan
Tampak beberapa orang berjalan di dekat gadis itu saat penyerang berulang kali menghujani tikaman terhadap korban.
Dari video CCTV, terlihat hanya satu orang yang berusaha mencoba untuk campur tangan, menarik penyerang dari korban sebelum mundur dengan cepat.
Belakangan diketahui, Sahil merupakan seorang montir.
"Sahil ditahan di Bulandshahr di negara bagian tetangga Uttar Pradesh," kata Ravi Kumar Singh, Wakil Komisaris Polisi untuk Outer Delhi, kepada wartawan, Senin, seperti dikutip CNN.
Komisaris Khusus Polisi Delhi Deependra Pathak mengatakan kepada saluran berita India Times Now bahwa penyelidikan awal mengarah pada apa yang disebut "kejahatan nafsu."
Kematian gadis itu memicu kemarahan atas kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan yagn dilakukan oleh laki-laki di India.
"Saya melihat putri saya terbaring di tanah, dengan wajah menghadap ke tanah," kata ayah gadis itu, Janak Raj, kepada CNN.
“Organnya telah keluar dan kepalanya telah hancur. Dia terbaring tak bernyawa. Tidak ada gunanya membawanya ke rumah sakit," ucapnya.
“Saya marah mengetahui bahwa tidak ada yang membantu putri saya,” tambahnya.
"Jika mereka membantunya, dia pasti masih hidup hari ini. Saya juga mendengar bahwa para pengamat sibuk merekam video kejadian tersebut," ucapnya.
"Bahkan jika mereka berteriak, itu akan membantu putri saya," katanya.
Baca juga: Universitas Muslim Buton Jadi Korban Penikaman OTK
Raj membeberkan bahwa putrinya membantu keuangan keluarga dengan memberikan jasa les.
Insiden itu adalah yang terbaru dari serangkaian pembunuhan dan pemerkosaan yang telah memicu kemarahan tentang apakah tindakan yang dilakukan cukup untuk melindungi perempuan di India dan menghukum penyerang.
“Seorang gadis kecil dibunuh secara brutal secara terbuka di Delhi,” tulis Ketua Menteri Delhi Arvind Kejriwal di Twitter.
“Ini sangat menyedihkan dan disayangkan. Para penjahat menjadi tidak takut, dan tidak ada rasa takut terhadap polisi.”
“Keselamatan rakyat Delhi adalah yang terpenting,” tambahnya.
India telah lama berjuang untuk mengatasi kekerasan gender.
Sebuah survei Thompson Reuters Foundation 2018 terhadap para ahli tentang isu-isu perempuan menempatkan negara itu sebagai tempat paling berbahaya di dunia untuk menjadi seorang perempuan.
Frekuensi kejahatan terhadap perempuan di India juga tampak meningkat.
Menurut data dari Biro Catatan Kejahatan Nasional India, kejahatan terhadap perempuan 20 persen lebih tinggi pada tahun 2020 dibandingkan tahun 2013 – tahun terakhir sebelum Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa berkuasa.
Baca juga: Mobilnya Tersenggol Sepeda Motor, Sopir Travel di Banjarbaru Tikam Seorang Pemuda hingga Tewas
Aktivis mengatakan statistik sebenarnya hanyalah puncak gunung es, mengingat banyak bentuk kekerasan terhadap perempuan, seperti pemerkosaan, seringkali tidak dilaporkan.
Yogita Bhayana, pendiri People Against Rapes di India, mengatakan masalah ini sebagian besar berakar dari norma-norma masyarakat lama.
“Kami belajar untuk hidup dengan situasi seperti ini di negara kami yang sangat disayangkan,” kata Bhayana kepada CNN.
“Tatanan dasar patriarki benar-benar busuk dan saat ini kita perlu memperbaikinya.”
“Menempatkan kamera dan menempatkan marshal tidak akan cukup,” tambahnya.
"Pekerjaan harus dilakukan pada pola pikir pria dan anak laki-laki."
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)