Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Militer AS Bantah Ada Drone AI Bunuh Operator Manusia dalam Tes Simulasi

Angkatan Udara AS membantah ada drone AI bunuh operator manusia dalam tes simulasi. Militer mengatakan mereka belum melakukan tes drone AI.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Sri Juliati
zoom-in Militer AS Bantah Ada Drone AI Bunuh Operator Manusia dalam Tes Simulasi
William ROSADO / ANGKATAN UDARA AS / AFP
Ilustrasi - Foto selebaran milik Angkatan Udara AS yang diperoleh pada 7 November 2020 ini menunjukkan kendaraan udara tak berawak MQ-9 Reaper (UAV atau drone) terbang di atas Nevada Test and Training Range pada 14 Januari 2020. Departemen Luar Negeri AS dilaporkan telah memberi tahu Kongres tentang rencananya untuk menjual 18 drone udara MQ-9B ke Uni Emirat Arab (UEA). William ROSADO / ANGKATAN UDARA AS / AFP - AS membantah adanya tes simulasi drone AI yang membunuh operator manusia. 

“Departemen Angkatan Udara belum melakukan simulasi AI-drone semacam itu dan tetap berkomitmen pada penggunaan teknologi AI yang etis dan bertanggung jawab,” kata Stefanek kepada Insider.

"Tampaknya komentar sang kolonel diambil di luar konteks dan dimaksudkan sebagai anekdot," lanjutnya.

Kolonel Hamilton: Sistem AI Berbalik Serang Operator

INDIAN SPRINGS, NV - NOVEMBER 17: (CATATAN EDITOR: Gambar telah ditinjau oleh Militer AS sebelum transmisi.) Taksi pesawat MQ-9 Reaper yang dikemudikan dari jarak jauh (RPA) selama misi pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Creech pada 17 November, 2015 di Indian Springs, Nevada. Pentagon memiliki rencana untuk memperluas penerbangan patroli udara tempur dengan pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh sebanyak 50 persen selama beberapa tahun ke depan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pengawasan, pengintaian, dan serangan udara mematikan di lebih banyak wilayah di seluruh dunia. Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP
INDIAN SPRINGS, NV - NOVEMBER 17: (CATATAN EDITOR: Gambar telah ditinjau oleh Militer AS sebelum transmisi.) Taksi pesawat MQ-9 Reaper yang dikemudikan dari jarak jauh (RPA) selama misi pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Creech pada 17 November, 2015 di Indian Springs, Nevada. Pentagon memiliki rencana untuk memperluas penerbangan patroli udara tempur dengan pesawat yang dikemudikan dari jarak jauh sebanyak 50 persen selama beberapa tahun ke depan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan akan pengawasan, pengintaian, dan serangan udara mematikan di lebih banyak wilayah di seluruh dunia. Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP (Isaac Brekken / GETTY IMAGES AMERIKA UTARA / Getty Images via AFP)

Baca juga: AS Incar TNT Jepang untuk Peluru Artileri yang akan Dikirim ke Ukraina

Dalam konferensi pers di Future Combat Air and Space Capabilities Summit, Kolonel Hamilton mengatakan, pihaknya telah melatih sistem drone AI itu untuk tidak membunuh operatornya, namun sistem itu memberontak.

“Kami melatih sistem,'Hei, jangan bunuh operatornya – itu buruk. Anda akan kehilangan poin jika Anda melakukan itu.'" katanya.

"Jadi apa yang mulai dilakukannya? (Drone AI) Itu mulai menghancurkan menara komunikasi yang digunakan operator untuk berkomunikasi dengan drone untuk menghentikannya membunuh target,” lanjutnya.

Hamilton adalah pilot uji coba pesawat tempur eksperimental yang terlibat dalam pengembangan sistem otonom seperti jet tempur F-16 bertenaga AI.

Berita Rekomendasi

Ia memperingatkan agar tidak terlalu mengandalkan AI.

“Anda tidak dapat berbicara tentang kecerdasan buatan, kecerdasan, pembelajaran mesin, otonomi, jika Anda tidak akan membicarakan etika dan AI," katanya memperingatkan.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Artificial Intelligence

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas