Militer Ukraina Sebut Rusia Kehilangan 4000 Tank sejak Perang Dimulai, Mungkinkah?
Para pakar menjelaskan apakah mungkin Rusia telah kehilangan 4000 unit tank selama perang di Ukraina.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah kehilangan lebih dari 4.000 tank sejak dimulainya perang di Ukraina Februari tahun lalu, ungkap militer Kyiv pada Selasa (20/6/2023).
Dalam update yang diposting di media sosial, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah kehilangan total 4.006 tank sejak 24 Februari 2022.
Perang telah menelan biaya yang signifikan dari kedua belah pihak baik dalam peralatan militer maupun nyawa.
Tetapi sulit untuk mengungkap angka yang akurat dan independen tentang berapa banyak tank yang telah hilang dari Rusia dalam konflik ini.
Namun, para ahli mengatakan kepada Newsweek bahwa angka yang dikeluarkan Ukraina mungkin tidak jauh dari fakta.
Rusia dilanda kegagalan dalam hal organisasi dan perencanaan, ditambah pecahnya rantai komando, pelatihan yang buruk, dan pasukan yang tidak termotivasi, kata para analis.
Baca juga: Hancurkan Tank Leopard Jerman, Tentara Rusia Dapat Hadiah 1 Juta Rubel
Ed Arnold, seorang peneliti di organisasi wadah pemikir Royal United Services Institute yang berbasis di London, mengatakan bahwa angka itu adalah angka yang sangat, sangat tinggi.
"Ini kerugian yang signifikan," tambahnya.
Penghitungan yang diterbitkan oleh Ukraina mungkin lebih akurat daripada perkiraan lain, karena Ukraina benar-benar berada di medan perang, menurut mantan Kolonel Angkatan Darat Inggris Hamish de Bretton-Gordon.
Hamish de Bretton-Gordon pernah memimpin pasukan pertahanan kimia, biologi, radiologis dan nuklir (CBRN) Inggris dan NATO.
"Saya tidak berpikir itu jauh dari kebenaran, tapi itu angka yang mengejutkan," kata de Bretton-Gordon kepada Newsweek.
"Bahkan dengan menyisakan ruang untuk kesalahan, tetap saja angka itu menunjukkan bahwa telah terjadi kerugian besar-besaran, terutama di pihak Rusia," ucapnya.
Sementara itu, kerugian tank sekitar 4.000 unit untuk Rusia tampaknya "mungkin", ungkap Frederik Mertens, dari Pusat Studi Strategis (HCSS) Den Haag, kepada Newsweek.
Perkiraan kerugian tank Rusia memang berbeda-beda.
Menurut outlet sumber terbuka Belanda Oryx, yang memantau kerugian militer Ukraina dan Rusia, Rusia telah kehilangan 2.047 tank, pada hari Rabu.
Angka dari Oryx, yang hanya mencakup kerugian yang dikonfirmasi secara visual, kemungkinan hanyalah jumlah minimalnya saja, kata para ahli.
Baca juga: Putin Klaim Ukraina Rugi Besar usai Serangan Balasan: 160 Tank dan 360 Kendaraan Lapis Baja Hilang
Sebaliknya, penghitungan Ukraina, hampir dua kali lipat dari Oryx, kemungkinan tidak hanya mencakup tank tempur utama Rusia yang hancur, menurut analis, tetapi jenis kendaraan lapis baja lainnya, serta kendaraan yang beroperasi tetapi tidak lagi berada di tangan Rusia.
Berapa pun angka pastinya, itu masih merupakan pukulan besar bagi kemampuan lapis baja Rusia.
Para ahli telah berulang kali menunjuk pada masalah yang sama yang mengganggu pasukan Rusia sejak awal, yang menurut mereka terus menjadi penyebab peningkatan kerugian tank.
"Pada akhirnya, ini adalah kegagalan perencanaan," kata Arnold.
Pasukan Kremlin tidak mengantisipasi perlawanan sengit Ukraina, katanya.
Ia menambahkan bahwa Rusia tidak menggunakan tanknya dengan baik dan benar ketika mereka pertama kali bertempur.
"Bila Anda tidak menggunakannya dengan benar, mereka sangat rentan," kata Arnold.
"Perencanaan yang buruk memperparah segalanya."
Pakar lain setuju.
Analis menunjuk ke gambar dan rekaman tank Rusia dalam barisan panjang pada hari-hari dan minggu-minggu pertama perang.
Baca juga: Prancis Janjikan Lebih Banyak Tank Ringan, Kendaraan Lapis Baja dan Pelatihan untuk Tentara Ukraina
Tank-tank sering dikerahkan tanpa dukungan infanteri yang memadai.
Pasukan Ukraina diperlengkapi dengan baik untuk menyergap tank Rusia di lingkungan seperti ini, kata Arnold.
"Ini adalah contoh taktik yang harus dihindari oleh komandan yang kompeten dengan cara apa pun," menurut Paul van Hooft, seorang analis di HCSS, kepada Newsweek.
"Tapi mereka terus melakukannya."
"Karena kesalahan operasi awal, setiap awak tank elit dihabisi pada awal perang," kata de Bretton-Gordon.
"Karena mereka kehilangan begitu banyak tank pada tahap pertama, mereka tidak benar-benar dapat menggunakannya lagi, seperti yang akan mereka lakukan, pada tahap kedua perang," kata Arnold.
Dengan banyaknya tank canggihnya yang hilang dan operator yang lebih berpengalaman terbunuh, Rusia harus beralih ke rekrutan baru melalui pelatihan.
"Kurangnya pelatihan, kurangnya disiplin dan kurangnya motivasi, terlihat dalam banyak hal di Rusia," kata van Hooft.
"Dengan banyak pasukan elit yang terbunuh dalam enam bulan pertama, Rusia melanjutkan taktik 'melempar mesin dan orang ke medan perang'," tambahnya.
Prinsip serupa telah diterapkan pada tank, kata para analis.
Laporan bahwa Rusia telah menghidupkan kembali tank-tank kuno, seperti T-54 atau T-55, untuk digunakan di Ukraina telah beredar luas dalam beberapa bulan terakhir.
“Militer Rusia kemungkinan akan kehilangan lebih banyak korban dengan menerjunkan sistem tank yang lebih tua ini di Ukraina,” kata lembaga think tank Institute for the Study of War yang berbasis di Washington, bulan Maret lalu.
“Apa yang harus dilakukan Rusia dengan sangat cepat sebenarnya mulai lebih bergantung pada yang mereka miliki di gudang, yang semuanya akan berada dalam berbagai tingkat perbaikan dan kerusakan,” kata Arnold.
Mengandalkan alat yang lebih tua, termasuk tank yang dibawa keluar dari gudang, telah membuat Rusia menjadi "bebek duduk" bagi awak tank Ukraina yang sekarang mengakses tank Barat canggih yang mampu bertempur di malam hari, kata de Bretton-Gordon.
Ada pertanyaan tentang berapa banyak dari tank-tank lama yang dapat dioperasikan Moskow, kata van Hooft, dan berapa banyak yang telah "dikanibal" agar yang lain tetap bekerja.
Banyak dari tank yang lebih tua dan dibangkitkan ini akan hilang, dan kemungkinan berkontribusi pada angka 4.000 dari Staf Umum Ukraina.
Faktor itu mungkin menjelaskan perbedaan antara penghitungan Ukraina dan penghitungan yang diterbitkan awal tahun ini di The Military Balance.
Sebuah laporan tahunan tentang keadaan angkatan bersenjata masing-masing negara yang disusun oleh think tank International Institute for Strategic Studies, The Military Balance melaporkan bahwa pada awal 2023, Rusia memiliki 1.800 tank tempur utama yang beroperasi.
Pertimbangan seputar penarikan tank tua ke dalam pertempuran, serta penghitungan kendaraan lapis baja bersama tank, akan membantu menjelaskan mengapa angka ini kurang dari setengah dari perkiraan kerugian Rusia di Ukraina, kata para ahli.
Awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa Rusia telah kehilangan 54 tank dalam waktu kurang dari dua minggu setelah Ukraina memulai serangan balasannya.
"Jika Rusia berharap untuk membangun kembali kekuatan tank modern sekitar 2.000 tank terbaru, itu akan memakan waktu lama," kata de Bretton-Gordon.
“Mereka tidak pernah benar-benar menggunakan tank dengan cara yang benar sejak invasi,” kata Arnold.
Bagaimana dengan Ukraina?
Ukraina juga mengalami kerugian tank sejak Februari 2022, dan sulit untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang berapa banyak tank yang telah dihancurkan, dirusak, atau direbut oleh Rusia.
Pada awal 2023, Ukraina memiliki 953 tank tempur utama, menurut The Military Balance.
Namun, data ini sebelum donasi tank tempur utama Barat seperti Abrams buatan A.S., Challenger 2 dari Inggris dan berbagai tank Leopard yang disumbangkan oleh beberapa negara.
Data Oryx menunjukkan bahwa Ukraina telah kehilangan 539 tank yang dikonfirmasi sejak 24 Februari 2022, dengan 340 tercatat hancur dan 139 ditangkap.
Penghitungan ini termasuk 2 tank Leopard 2A4 dan 3 Leopard 2A6 yang baru saja memasuki pertempuran.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)