Di Tanah Suci, Jemaah Haji Sudan Berdoa agar Allah Melakukan 'Intervensi' Akhiri Perang
Konflik telah menjerumuskan Sudan ke dalam kekacauan, dengan para pejuang menduduki rumah-rumah hingga menjarah properti.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH - Ibadah Haji telah memberikan jeda singkat bagi warga Sudan bernama Kamal Kabashi, dari konflik berdarah di negaranya.
Setelah tiba dengan selamat di tanah suci, ia pun berdoa untuk perdamaian di tanah kelahirannya Sudan.
Hanya beberapa minggu lalu, rumahnya di negara bagian Darfur Utara, di barat Sudan, dilanda penembakan.
Ini terjadi pada saat perebutan kekuasaan antara para jenderal yang bersaing, kemudian berubah menjadi perang habis-habisan.
Dikutip dari laman www.voanews.com, Minggu (25/6/2023), Kabashi, istrinya, dan kelima anaknya tidak terluka karena mereka telah pindah ke lingkungan yang lebih aman di El Fasher, ibu kota negara bagian, beberapa hari sebelumnya.
Kini, setelah perjalanan empat hari yang berbahaya melalui jalur darat dan laut, Kabashi telah bergabung dengan lebih dari satu juta jemaah dalam ziarah tahunan ke kota suci Makkah di Arab Saudi.
"Saya sangat mengkhawatirkan keluarga dan anak-anak saya," kata Kabashi di Masjidil Haram Makkah.
Baca juga: Selama 54 Tahunan Terakhir, Pemerintah Arab Saudi Telah Terima 99 Jutaan Jemaah Haji
Pegawai pemerintah berusia 52 tahun yang mengenakan jubah putih sederhana yang biasa dikenakan jemaah Haji itu menjelaskan bahwa di tanah suci, ia ingin berdoa meminta pertolongan Allah SWT untuk mengembalikan kedamaian di Sudan.
"Saya mengangkat tangan saya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT, memohon untuk menyelesaikan masalah Sudan," jelas Kabashi.
Perlu diketahui, pertempuran yang terjadi sejak pertengahan April lalu antara tentara reguler Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter telah merenggut lebih dari 2.000 nyawa.
Sebagian besar terkonsentrasi di Khartoum dan Darfur, wilayah luas di perbatasan barat Sudan dengan Chad.
Konflik tersebut telah menjerumuskan Sudan ke dalam kekacauan, dengan para pejuang menduduki rumah-rumah, menjarah properti dan melakukan pelanggaran lainnya.
"Artileri peluru jatuh di dalam halaman rumah saya, sangat merusak rumah saya," tegas Kabashi.