Dampak Pemberontakan Yevgeny Prigozhin di Moskow terhadap Nasib Wagner di Afrika
Belum ada informasi yang pasti apakah bos Wagner Yevgeny Prigozhin akan tetap menjalankan tentara bayarannya di Republik Afrika Tengah (CAR) dan Mali.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Pemberontakan oleh kelompok tentara bayaran Wagner di Moskow pada akhir pekan kemarin diperkirakan akan berdampak pada regu Wagner di Afrika.
Belum ada informasi yang pasti apakah bos Wagner Yevgeny Prigozhin akan tetap menjalankan tentara bayarannya di Republik Afrika Tengah (CAR) dan Mali.
Dikutip BBC, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov meyakinkan CAR dan Mali tentang status quo dalam pengaturan keamanan mereka.
Lantas sebenarnya mengapa Wagner ada di Afrika?
Alasan utamanya tentu untuk menghasilkan uang.
Keberadaan Wagner juga mendukung kepentingan diplomatik dan ekonomi Rusia.
Penempatan Wagner di Afrika juga menjadi keuntungan besar bagi Rusia.
Baca juga: Sergei Surovikin, Jenderal Rusia yang Diduga Terlibat Pemberontakan Wagner Ditangkap
Sebut saja ketika Prancis menarik pasukannya dari Mali setelah Wagner setuju membantu junta militer baru melawan pertempuran melawan militan Islam pada 2021 kemarin.
Dalam sejarah operasional Wagner yang dibagikan di Telegram, kelompok tentara bayaran itu mengakui keterlibatan resminya di Afrika mulai 2018 yang lalu.
Di tahun berikutnya, Wagner pindah ke Libya.
"Strategi operasional Wagner selama dua hingga tiga tahun terakhir adalah memperluas jejak militer dan ekonominya di Afrika," kata analis Global Initiative against Transnational Organized Crime, Julia Stanyard kepada BBC.
Di CAT, Wagner diduga memperdagangkan sumber daya mineral hingga membuat bir dan vodka.
Tak berhenti di situ, aksi perampokan Wagner ke Sudan memungkinkan perusahaan pertambangan Rusia M Invest, mendirikan operasional di sana.
Menurut Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS), perusahaan itu dimiliki oleh Prigozhin.