Guru TK di China Dieksekusi setelah Racuni 25 Murid, Satu di Antaranya Meninggal Dunia
Racuni muridnya, guru TK di China dijatuhi hukuman mati. Eksekusi telah dilakukan
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Seorang guru taman kanak-kanak (TK) di China dieksekusi karena meracuni 25 siswa hingga menewaskan salah satu dari mereka, ungkap pengadilan di provinsi Henan, Independent melaporkan.
Wang Yun (40), ditangkap dan dihukum pada tahun 2020 karena memasukkan natrium nitrit beracun ke dalam bubur yang disajikan untuk siswa di Pendidikan Prasekolah Mengmeng di Jiaozuo pada 27 Maret 2019.
Pengadilan mengatakan Wang Yun mencampur racun dalam sarapan siswa rekannya setelah sempat bertengkar tentang "manajemen siswa".
Insiden itu membuat puluhan siswa muntah dan pingsan.
Banyak murid dirawat di rumah sakit.
Kasus itu sempat memicu kemarahan nasional dan menjadi berita utama internasional.
Baca juga: Ibu Rumah Tangga di Kolaka Timur Bunuh Suami Menggunakan Parang Lalu Akhiri Hidup dengan Minum Racun
Salah satu siswa, yang diidentifikasi dengan nama belakang Wang, meninggal akibat beberapa kegagalan organ setelah 10 bulan perawatan, kata pengadilan.
24 siswa lainnya berhasil sembuh.
Pengadilan Menengah No 1 di Jiaozuo mengatakan hukuman guru tersebut telah dilaksanakan pada hari Kamis (6/7/2023), menurut pemberitahuan yang dipasang di luar pengadilan.
Mengumumkan eksekusi mati Wang Yun, pengadilan menyebut tindakannya "tercela dan kejam", menambahkan bahwa konsekuensi dari kejahatannya sangat serius, dan dia pantas dihukum berat.
Ini bukan pertama kalinya Wang berupaya meracuni.
Dia sebelumnya pernah meracuni suaminya dengan zat yang sama yang dia beli secara online.
Suaminya selamat dengan luka ringan.
Tidak diketahui apakah dia berniat membunuh atau hanya membuat suaminya dan murid-muridnya sakit.
Baca juga: Eks Istri Perwira Polisi di Thailand Diduga Bunuh 12 Orang Pakai Racun Sianida, Padahal Sedang Hamil
China diyakini telah melakukan banyak eksekusi setiap tahun, lebih banyak daripada total gabungan negara-negara lain di dunia, meskipun jumlah pastinya tetap dirahasiakan.
Sebagian besar hukuman ini ditegakkan melalui menembakkan peluru di belakang kepala.
Sementara dalam kasus tertentu, suntikan mematikan juga digunakan.
Dalam beberapa tahun terakhir, serangan terhadap pelajar dan kaum muda di China meningkat.
Pisau dianggap sebagai senjata umum di negara yang melarang kepemilikan senjata itu.
Pada hari Senin (10/7/2023), seorang pria berusia 25 tahun diduga menyerang beberapa siswa di taman kanak-kanak di provinsi Guangdong, menewaskan enam orang dan melukai satu orang.
Serangan itu memicu kemarahan dan menyerukan aturan yang lebih ketat dan peningkatan keamanan.
Pada tahun 2020, seorang penjaga sekolah dituduh melukai 39 orang dengan pisau.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)