Korban Tewas Akibat Banjir di Korsel Bertambah Jadi 40 Orang
Presiden Yoon Suk-yeol yang kembali ke Seoul pada Senin kemarin setelah melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Korban tewas akibat banjir dahsyat di Korea Selatan (Korsel) bertambah menjadi 40 orang.
Banjir terjadi setelah negara itu diguyur hujan lebat, terlebat dalam satu dekade terakhir.
Jumlah korban bertambah saat empat mayat lainnya ditemukan di jalan raya bawah tanah dekat pusat kota Cheongju.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (18/7/2023), Kementerian Dalam Negeri negara itu melaporkan bahwa setidaknya sembilan orang yang masih hilang hingga Senin kemarin dan puluhan lainnya terluka akibat tanah longsor serta dampak lainnya dari banjir tersebut.
Baca juga: Korban Tewas Banjir 39 Orang, Tanggap Bencana Korsel Disorot
Presiden Yoon Suk-yeol yang kembali ke Seoul pada Senin kemarin setelah melakukan kunjungan mendadak ke Ukraina.
Dia mengatakan bahwa bencana tersebut diperparah oleh kegagalan pemerintahannya untuk mengikuti kebijakan tanggap bencana di daerah yang paling rentan.
13 orang ditemukan tewas di underpass Cheongju yang terendam banjir.
Lorong itu terendam banjir bandang sejak Sabtu lalu, saat tanggul Sungai Miho runtuh.
Jenazah seorang sopir bus pun termasuk di antara mereka yang ditemukan pada Minggu malam, begitu pula dengan lima penumpangnya yang ikut tewas.
Kemudian ada lebih banyak korban yang dapat ditemukan saat tim SAR mengeringkan terowongan dan mencari sekitar 17 kendaraan yang tenggelam.
Polisi setempat dilaporkan tengah menyelidiki mengapa underpass itu tidak ditutup untuk lalu lintas, meskipun ada risiko banjir yang diketahui dan peringatan sebelumnya tentang runtuhnya tanggul.
Anggota parlemen oposisi menyebut kematian akibat banjir ini sebagai 'bencana buatan manusia', karena tindakan evakuasi dan keselamatan yang tidak dilakukan sesegera mungkin.
Ribuan orang telah dievakuasi selama bencana tersebut, termasuk 6.400 orang di Kabupaten Goesan yang sebagian besar merupakan wilayah pedesaan, di mana desa-desa dataran rendah terendam saat air mengalir melewati bendungan.
Warga yang tidak mengungsi pun terjebak di rumah mereka karena terputusnya jalan penghubung dan jembatan.
Hingga Senin kemarin, lebih dari 4.300 orang belum bisa kembali ke rumah mereka.
Sebelumnya, hujan lebat turun dalam seminggu terakhir di beberapa wilayah negara itu.
Hujan yang lebih lebat pun diperkirakan turun dengan kecepatan hingga 40 milimeter per jam, di beberapa daerah yang paling terdampak.
Banjir mematikan itu menandai salah satu bencana alam terburuk di Korsel sejak hujan lebat pada Juli 2011 yang memicu banjir bandang dan tanah longsor yang menewaskan sedikitnya 49 orang.