NATO Tingkatkan Pengawasan di Laut Hitam, Stoltenberg: Rusia Pikul Tanggung Jawab atas Eskalasinya
Dewan NATO-Ukraina, yang dibentuk pada pertemuan puncak tahunan aliansi militer di Vilnius, Lituania bertemu untuk membahas situasi di Laut Hitam.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - NATO meningkatkan pengawasan di wilayah Laut Hitam dan mengecam Rusia karena keluar dari kesepakatan biji-bijian Ukraina.
Dewan NATO-Ukraina, yang dibentuk pada pertemuan puncak tahunan aliansi militer di Vilnius, Lituania bulan ini, bertemu untuk membahas situasi di Laut Hitam.
"Sekutu dan Ukraina mengacam keras keputusan Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam," kata NATO dalam sebuah pernyataan.
“NATO dan Sekutu meningkatkan pengawasan dan pengintaian di wilayah Laut Hitam, termasuk dengan pesawat patroli maritim dan drone,” tambah pernyataan itu.
Kecam Peringatan Navigasi Rusia untuk Laut Hitam
Badan tersebut juga mengecam serangan rudal Rusia.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-518: Ukraina Buat Kemajuan Kecil, Usir Rusia dari Desa Andriivka
Mencatat bahwa navigasi yang dikeluarkan Kremlin untuk Laut Hitam di daerah yang berada dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Bulgaria telah menciptakan risiko baru.
“Rusia memikul tanggung jawab penuh atas tindakan berbahaya dan eskalasinya di wilayah Laut Hitam," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.
"Rusia harus berhenti mengancam orang-orang yang paling rentan di dunia dengan ketidakstabilan pangan," tegas Stoltenberg.
"Tindakan Rusia juga menimbulkan risiko besar bagi stabilitas kawasan Laut Hitam, yang merupakan kepentingan strategis bagi NATO,” katanya.
Stoltenberg seraya menambahkan bahwa anggota aliansi tersebut mendukung Ukraina.
AS dan NATO Tidak Siap Berperang dengan Rusia
Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan telah menyatakan bahwa masa depan Ukraina terletak pada NATO.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-517: Jurnalis AFP Terluka oleh Serangan Drone Rusia
Namun ia mengatakan bahwa kondisi tertentu harus dipenuhi Ukraina sebelum dapat bergabung dengan aliansi tersebut, termasuk mengakhiri konfliknya dengan Rusia.
Dalam sebuah wawancara dengan CBS pada Minggu lalu, Sullivan menegaskan bahwa NATO berkomitmen untuk menerima Ukraina ke dalam jajarannya, meskipun tidak ada undangan resmi atau batas waktu untuk menjadi anggota.
Pernyataan ini disampaikannya selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO pada minggu lalu di Vilnius, Lituania.
"Masa depan Ukraina ada di NATO. Kami bersungguh-sungguh, itu bukan untuk dinegosiasikan. Itu adalah sesuatu yang sekarang telah dilakukan oleh 31 sekutu," kata Sullivan.
Dikutip dari Russia Today, Selasa (18/7/2023), Sullivan mengatakan bahwa menerima Ukraina ke dalam NATO pada saat ini akan berimbas pada konfrontasi secara langsung antara blok tersebut dengan Rusia.
"Memasukkan Ukraina ke NATO saat perang sedang berlangsung berarti NATO berperang dengan Rusia, itu berarti Amerika Serikat berperang dengan Rusia," katanya.
"Baik NATO maupun Amerika Serikat tidak siap untuk melakukan itu," tegas Sullivan.
Ukraina menekankan bahwa mereka telah memenuhi semua persyaratan untuk bergabung dengan blok yang dipimpin AS.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani/Fitri)