Putin Klaim NATO Tolak Dialog dengan Rusia: Semua Perbedaan Harus Diselesaikan di Meja Perundingan
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya siap untuk mencari solusi diplomatik untuk menyelesaikan krisis di Ukraina.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ST PETERSBURG - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya siap untuk mencari solusi diplomatik untuk menyelesaikan krisis di Ukraina.
Namun menurutnya, Ukraina dan para pendukungnya yakni Amerika Serikat (AS) dan NATO menolak untuk berbicara dengan Rusia.
"Semua perbedaan harus diselesaikan di meja perundingan. Masalahnya adalah mereka (Ukraina) menolak untuk berbicara dengan kami, rezim Ukraina saat ini juga menolak negosiasi, dan mengumumkannya secara resmi.
Presiden Ukraina (Volodymyr Zelenskyy) telah menandatangani keputusan yang relevan musim gugur lalu," kata Putin kepada para pemimpin Afrika selama KTT Rusia-Afrika di St. Petersburg, Rusia pada Jumat kemarin.
Dikutip dari laman Russia Today, Sabtu (29/7/2023), ia mengklaim bahwa akar dari konflik antara Rusia dan Ukraina adalah 'penciptaan ancaman terhadap keamanan Rusia oleh AS dan NATO'.
Baca juga: Parade Militer Korea Utara: Kantor Kim Jong-Un Berhias Foto Raksasa Putin, Rudal Bisa Jangkau AS
Namun AS dan sekutunya, kata dia, menolak negosiasi tentang masalah jaminan keamanan yang sama untuk semua pihak, termasuk terhadap Rusia.
"Kami telah mengatakan berkali-kali dan saya telah menyatakannya secara resmi bahwa kami siap untuk pembicaraan itu. Kami tidak dapat memaksakan negosiasi itu pada mereka, perlu ada dialog dengan pihak lain juga di pihak komunitas internasional untuk membujuk Ukraina agar terlibat dalam pembicaraan," tegas Putin.
Putin juga menekankan bahwa Rusia berterima kasih kepada teman-teman Afrika atas upaya mereka dalam menemukan solusi damai untuk konflik Ukraina.
Sebelumnya, misi para pemimpin dan pejabat senior Afrika, termasuk Presiden Afrika Selatan, Senegal dan Zambia mengunjungi St. Petersburg dan Kiev pada pertengahan Juni lalu untuk mengusulkan inisiatif perdamaian sepuluh poin mereka kepada Putin dan Zelenskyy.
Di antara proposal lainnya, rencana Afrika ini menyerukan jaminan keamanan dan pergerakan bebas biji-bijian melalui Laut Hitam, serta pembebasan tahanan dan dimulainya negosiasi perdamaian dengan cepat, di antara proposal lainnya.
Baca juga: Kemesraan Rusia-Korea Utara, Putin Kirim Surat, Kim Jong Un Pamer Rudal Balistik Antarbenua Terbaru
Bulan lalu, Zelenskyy menegaskan kembali pendiriannya bahwa pembicaraan dengan Rusia hanya dapat dimulai setelah pasukan Rusia menarik diri dari semua wilayah Ukraina dalam perbatasan tahun 1991, termasuk Krimea.
Namun Rusia telah menolak tuntutan Zelenskyy dan menganggapnya sebagai hal yang tidak realistis.
Menurut Rusia, itu adalah tanda keengganan Ukraina untuk menyelesaikan konflik melalui cara diplomatik, ini membuat Rusia tidak punya pilihan selain terus bekerja untuk mencapai tujuannya di Ukraina melalui sarana militer.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.