Kritik Pemimpin Muslim Dunia, Kadyrov Akan 'Tangani' Pembakar Alquran Usai Perang Ukraina Berakhir
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mengkritik para pemimpin muslim di dunia.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mengkritik para pemimpin muslim di dunia.
Pasalnya mereka dianggap gagal menangani berbagai insiden pembakaran Alquran di Barat.
Dalam sebuah unggaha di Telegram, Kadyrov bersumpah, setelah perang Ukraina berakhir, ia akan ‘menangani’ para pelakunya.
Penodaan kitab suci Islam yang terus berlanjut di Eropa, jelasnya, menimbulkan “tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya” bagi dunia Muslim.
“Aksi ini dapat diprediksi membawa situasi ke titik tidak dapat kembali lagi,” kata Kadyrov
Ia mempertanyakan keberadaan para pemimpin negara Muslim saat ini.
“Mengapa mereka membiarkan Kitab Suci kita dilanggar secara terbuka dan tidak mengambil langkah signifikan untuk melindungi umat Islam dan agama Islam? Apakah mereka benar-benar lebih takut akan reaksi dan sanksi Amerika dan Eropa daripada murka Allah SWT?” ujar Kadirov mempertanyakan.
Saat ini, jelasnya, Rusia berdiri sendiri melawan kebijakan Barat yang dianggap kolonial ateis yang agresif, sambil berjuang untuk nilai-nilai sakral di Ukraina.
Baca juga: Anggota Patriot Denmark Bakar Alquran di Depan Kedutaan Indonesia, Pakistan, Turki, Arab Saudi
“Saya 100 persen yakin akan menang. Ketika kami selesai dengan Ukraina, kami akan pergi ke negara-negara yang telah menodai Al-Quran,” kata Kadyrov, menambahkan bahwa ada banyak Muslim di Rusia yang tidak akan mengabaikan insiden tersebut.
Dia ingat bahwa sekitar 10.000 pejuang Chechnya sekarang beraksi di Ukraina, dengan 15.000 lainnya siap untuk terjun ke medan perang.
“Ada tiga puluh, empat puluh, lima puluh ribu sukarelawan lagi. Kami memiliki senjata, alat berat. Kami akan menunjukkan [Presiden Ukraina Vladimir] Zelensky apa yang terjadi jika dia menjual bangsanya. Dan kami akan menunjukkan konsekuensinya kepada mereka yang mendukung semua ini, ”katanya.
Kadyrov melanjutkan dengan mengatakan bahwa jika “para hamba Setan” tidak dihentikan, “besok mereka akan berada di masjid kita.”
“Mereka akan mengindoktrinasi anak-anak kita bahwa doa itu tidak modis dan mengubah rakyat kita menjadi konsumen tak berwajah yang membuat dolar menjadi tuhan mereka,” katanya.
Baca juga: Wanita Iran Bakar Alquran di Swedia, Sebut Semua Agama Harus Dihancurkan
Dalam beberapa minggu terakhir, Denmark dan Swedia telah menyaksikan serangkaian protes publik di mana para aktivis anti-Muslim menodai Alquran, yang memicu kemarahan di antara umat Islam di seluruh dunia.
Sementara kedua negara Nordik menyesalkan insiden tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka tidak dapat mencegahnya, dengan alasan kebebasan berekspresi.
Namun, menghadapi tekanan balik dan risiko keamanan yang meningkat, baik Kopenhagen maupun Stockholm telah mengisyaratkan kesiapan untuk mengatasi masalah tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk pembakaran Al-Quran sebagai "kejahatan" dan upaya untuk menghasut perpecahan sektarian.