TRIBUNNEWS.COM - Mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra (74) telah mengajukan permintaan pengampunan kerajaan, kata Menteri Kehakiman Wissanu Krea-ngam pada hari Kamis (31/8/2023), Reuters melaporkan.

Thaksin, yang dianggap sebagai politisi paling terkenal di Thailand, baru saja kembali ke negara asalnya pekan lalu.

Ia mengabiskan waktu 15 tahun di luar negeri untuk menghindari hukuman penjara.

Thaksin tiba dengan jet pribadi dan menyapa pendukungnya sebelum dipindahkan ke penjara untuk menjalani hukuman delapan tahun karena penyalahgunaan kekuasaan dan konflik kepentingan sejak ia berkuasa.

Beberapa jam kemudian, Srettha Thavisin dari Partai Pheu Thai yang didukung Shinawatra memenangkan pemungutan suara di parlemen untuk menjadi perdana menteri dengan dukungan anggota parlemen yang pro-militer.

Thaksin adalah mantan taipan telekomunikasi yang masih mempunyai pengaruh dalam politik Thailand.

Baca juga: Thailand: Kepulangan Thaksin Shinawatra disebut untuk hadapi dominasi partai muda progresif

Partai-partai yang setia kepadanya terus memenangkan setiap pemilu dalam dua dekade terakhir hingga tahun ini.

Kepulangan Thaksin memicu spekulasi bahwa Thaksin telah mencapai kesepakatan dengan saingan beratnya dari kubu konservatif dan militer royalis, yang menggulingkan partainya melalui kudeta pada tahun 2006 dan 2014.

Ia dan partainya saat itu dituduh melakukan korupsi dan tidak setia kepada penguasa kerajaan.

Namun Thaksin membantah dugaan tersebut dan menolak pembicaraan mengenai kesepakatan dengan para jenderal.

Pada malam pertamanya di penjara, Thaksin dipindahkan ke rumah sakit polisi karena mengalami nyeri dada dan tekanan darah tinggi.

Seorang perwakilan Thaksin menolak berkomentar ketika ditanya oleh Reuters tentang permintaan pengampunannya.

Permintaan pengampunan kerajaan harus diajukan melalui departemen pemasyarakatan kepada menteri kehakiman.

Baca juga: 15 Fakta Kasus Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra, Musuh Elite Berkuasa-Dicintai Kalangan Bawah

Siapa Thaksin Shinawatra?