Cerita Korban Gempa Maroko: Rasanya seperti Dibom, Rumah Hancur Total
Inilah cerita korban gempa di Maroko yang terjadi pada Jumat (8/9/2023) malam, waktu setempat. Rasanya seperti dibom, rumah hancur total.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Inilah cerita korban gempa di Maroko yang terjadi pada Jumat (8/9/2023) malam, waktu setempat.
Cerita tersebut dibagikan oleh Abderahim Imni, yang tinggal di sebuah jalan sempit di Desa Moulay Brahim, pegunungan Atlas Maroko kepada The Guardian.
Ia berada di sebuah rumah yang tergeletak di seberang jalan dalam tumpukan reruntuhan berpasir.
Bangunan itu sebagian besar tidak dapat dikenali lagi seperti dulu, kecuali sebuah ruangan terpencil yang terdampar di atas reruntuhan, dan cat biru pada dindingnya masih terlihat.
Abderahim Imni, dengan tangannya yang dibalut luka akibat batu yang jatuh saat gempa dahsyat hari Jumat, memimpin pembersihan jalan di mana rumahnya pernah berdiri.
"Saya merasakan rumah bergetar. Sesaat kami sempat tertimbun puing, namun hanya sesaat dan kemudian kami berhasil melarikan diri," ujarnya dilansir The Guardian.
"Meski begitu, itu tidak mudah. Tidak ada listrik dan udara penuh debu."
"Anda tidak bisa melihat. Jantungku berdebar-debar seperti terkena serangan jantung," ungkapnya.
Dalam keremangan yang menyesakkan, Abderahim dan anggota keluarganya memanjat turun ke tumpukan puing-puing yang tertatih-tatih dan melarikan diri ke taman terdekat tempat mereka bermalam.
Keluarga dan tetangga mereka di desa berpenduduk 3 ribu jiwa ini masih berdamai dengan kematian dan kehancuran yang menimpa mereka begitu tiba-tiba.
Baca juga: Dunia Hari Ini: Korban Selamat Gempa Maroko Kesulitan Dapat Air dan Makanan
Di jantung desa pedesaan yang miskin ini, yang terletak di lereng gunung yang curam, hampir tidak ada bangunan yang luput dari kerusakan.
Beberapa rumah, seperti rumah Abderahim, telah hancur.
Sementara rumah lain masih berdiri, tetapi lantai atasnya kini membungkuk berbahaya di atas jalan sempit, terancam roboh karena bebannya sendiri.
Namun dampak terburuknya adalah pada kehidupan manusia.
Kata salah seorang penduduk Moulay Brahim, ada 25 orang yang tewas di sini, di antara lebih dari 2.100 orang yang sejauh ini diketahui tewas di zona gempa.
Cerita soal gempa di Maroko juga dibagikan oleh Oumizane Lahoucine, ia menggambarkan saat bumi berguncang, ia berlari mencari perlindungan di jalan.
"Itu berlangsung selama enam detik. Rasanya seperti kami dibom," kenangnya.
Ada pula yang sempat terjebak setelah tertimpa atap rumah, beruntung dirinya diselamatkan oleh tetangganya.
Hal tersebut dialami oleh Fetna Bechar, yang rumahnya kini hancur total akibat terkena gempa.
"Saya tertidur saat gempa terjadi," kata Fatna Bechar.
"Saya tidak dapat melarikan diri karena atap menimpa saya. Saya terjebak."
"Saya diselamatkan oleh tetangga saya yang membersihkan puing-puing dengan tangan kosong.
"Sekarang, saya tinggal bersama mereka di rumah mereka karena rumah saya hancur total," terangnya.
Meskipun pemandangan di jalan menuju Moulay Brahim tampak memberikan gambaran kehancuran yang terjadi secara acak, beberapa kota hampir tidak mengalami kerusakan.
Sementara desa-desa lainnya terkena dampak yang parah, terdapat logika suram yang menjelaskan mengapa beberapa bangunan runtuh dan yang lainnya tetap berdiri.
Gempa berkekuatan 6,8 skala richter yang mengguncang kota-kota mulai dari Marrakesh hingga ke pesisir pantai, merusak sebagian besar rumah-rumah tua yang terbuat dari batu bata tanah liat dan balok-balok kayu di masyarakat pedesaan yang miskin, dan bangunan-bangunan beton yang lebih baru mampu bertahan lebih baik.
Baca juga: Gempa di Maroko, Jumlah Korban Tewas Bertambah Jadi 2.122 Orang, Diperkirakan Masih akan Bertambah
"Perempuan tidur di sana, dan laki-laki tidur di sini, di trotoar," kata Moulay Ali.
"Satu-satunya bantuan yang kami terima sejauh ini adalah dari kerabat Maroko yang tinggal di luar negeri yang mengirimkan uang untuk makanan.
"Namun kami memerlukan pakaian, alas tidur, dan tempat berteduh karena di sini dingin pada malam hari."
Baru sekarang penduduk desa mulai bertanya-tanya tentang masa depan dan siapa yang akan membangun kembali desa mereka yang hancur.
Mereka masih menanti bantuan dari pemerintah. Hingga saat itu tiba, penduduk desa Moulay Brahim akan terus menunggu.
"Kami menunggu pemerintah memberikan bantuan yang kami butuhkan dan memberi tahu kami apa yang akan terjadi,” pungkas Abderahim Imni.
(Tribunnews.com/Deni)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.