PBB Sebut Banjir di Libya Sebenarnya Bisa Dihindari jika Koordinasi Diterapkan dengan Baik
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa banjir di Kota Derna, Libya seharusnya bisa dihindari.
Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, bahwa banjir di Kota Derna, Libya, seharusnya bisa dihindari.
Sejauh ini, jumlah korban tewas akibat banjir di Libya masih belum jelas karena besarnya bencana dan kekacauan politik.
Libya merupakan negara yang terbagi menjadi dua pemerintahan selama bertahun-tahun.
Ketika orang-orang masih mencari secercah harapan, PBB mengatakan sebagian besar dari ribuan kematian sebenarnya bisa dihindari.
Seharusnya Libya bisa menerapkan koordinasi yang lebih baik di negara yang dilanda krisis ini
Baca juga: Banjir di Libya: Jumlah Korban Tewas Melonjak, Tembus 11 Ribu Jiwa
"Mereka bisa mengeluarkan peringatan dan pasukan manajemen darurat akan mampu melakukan evakuasi masyarakat, dan kita bisa menghindari sebagian besar korban jiwa," kata Petteri Taalas, kepala Organisasi Meteorologi Dunia PBB, dikutip dari CBS News.
Menurut pernyataan Libyan Red Crescent (Bulan Sabit Merah Libya), tingginya jumlah korban dipicu oleh jebolnya dua bendungan saat hujan lebat.
Akibatnya, Kota Derna menjadi gurun apokaliptik di mana seluruh blok dan jumlah orang yang tak terhitung jumlahnya tersapu ke Laut Mediterania.
CBS News menambahkan, ratusan kantong jenazah berjejer di jalan-jalan yang dipenuhi lumpur menunggu penguburan massal pada hari Kamis (14/9/2023).
Sementara warga yang mengalami trauma dan berduka mencari korban hilang di gedung-gedung yang hancur dan buldoser bekerja untuk membersihkan jalan-jalan.
Akses ke Derna masih sangat terhambat lima hari setelah banjir melanda karena jalan dan jembatan hancur serta listrik dan saluran telepon terputus di wilayah yang luas.
Memperkirakan Jumlah Korban
Dilansir AP News, saat ini banjir di Libya diperkirakan telah mengakibatkan 11.300 orang kehilangan nyawanya dan ribuan masih hilang.
Marie el-Drese, Sekjen Libyan Red Crescent, menambahkan bahwa 10.100 dilaporkan hilang di Kota Derna.
Sebelumnya, Otoritas kesehatan menyebutkan jumlah korban tewas di Derna sebanyak 5.500 orang.
Badai tersebut juga menewaskan sekitar 170 orang di wilayah lain di negara tersebut.
Bagaimana Konflik di Libya Memengaruhi Bencana?
Kehancuran yang terjadi bukan mencerminkan dahsyatnya badai, tetapi juga kerentanan Libya.
Libya yang kaya akan minyak telah terpecah di antara pemerintahan-pemerintahan yang bersaing selama sebagian besar satu dekade terakhir.
Satu di wilayah timur, yang lainnya di ibu kota, Tripoli dan salah satu dampaknya adalah meluasnya pengabaian terhadap infrastruktur.
Dua bendungan yang hancur di Libya dibangun pada 1970-an silam.
Sebuah laporan oleh badan audit yang dikelola negara pada tahun 2021 mengatakan, bendungan-bendungan tersebut tidak dipelihara meskipun ada alokasi lebih dari 2 juta euro untuk tujuan tersebut pada tahun 2012 dan 2013.
Perdana Menteri Libya yang berbasis di Tripoli, Abdul-Hamid Dbeibah, mengakui masalah pemeliharaan tersebut dalam rapat Kabinet hari Kamis (15/9/2023).
Ia meminta Jaksa Penuntut Umum untuk segera membuka penyelidikan atas runtuhnya bendungan tersebut.
Bencana ini menghadirkan momen persatuan yang jarang terjadi, ketika lembaga-lembaga pemerintah di seluruh negeri bergegas membantu daerah-daerah yang terkena dampak.
Sementara pemerintah Libya timur yang berbasis di Tobruk memimpin upaya bantuan, pemerintah barat yang berbasis di Tripoli mengalokasikan dana setara dengan 412 juta dolar AS untuk rekonstruksi di Derna dan kota-kota timur lainnya.
Sementara kelompok bersenjata di Tripoli mengirimkan konvoi bantuan kemanusiaan.
(Tribunnews.com/Deni)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.