PBB Revisi Jumlah Kematian Korban Banjir Libya, dari 11.300 jadi 3.958 Jiwa
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merivisi jumlah korban tewas akibat banjir di Libya, sedikitnya 3.958 orang tewas di seluruh Libya akibat banjir.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merivisi jumlah korban tewas akibat banjir di Libya.
Data ini dibagikan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) pada Minggu (17/9/2023) pagi.
CNN melaporkan, OCHA mengutip Bulan Sabit Merah Libya yang mengumumkan jumlah korban tewas akibat banjir di Libya mencapai 11.300 jiwa per Sabtu (16/9/2023).
Kini, PBB menyatakan bahwa sedikitnya 3.958 orang tewas di seluruh Libya akibat banjir.
Laporan terupdate juga menyebutkan perkiraan orang hilang akibat banjir di Libya.
Data yang direvisi menyatakan lebih dari 9.000 orang masih hilang.
Laporan sebelumnya menyebut 10.100 orang hilang.
Baca juga: Ratusan Jasad Korban Banjir Penuhi Pantai Libya, PBB Imbau Warga Waspada Wabah Kolera
“Kami menggunakan angka yang baru diverifikasi oleh WHO,” kata Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Farhan Haq kepada CNN pada hari Minggu.
Sementara itu, Bulan Sabit Merah Libya mengatakan kepada CNN bahwa mereka tidak pernah merilis angka kematian yang tinggi dan membagikannya kepada PBB.
Mengapa PBB Salah Melaporkan Jumlah Korban Jiwa?
Kesalahan ini memicu pertanyaan mengapa PBB bisa salah melaporkan jumlah korban jiwa akibat banjir di Libya.
Ketika ditanya bagaimana atau mengapa PBB bisa salah menyebutkan jumlah korban tewas, Haq berkata, “dalam banyak tragedi yang berbeda, kami akhirnya merevisi angka tersebut. Jadi itulah yang terjadi di sini.”
“Prosedur standarnya adalah kami bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memastikan jumlah kami diperiksa ulang," jelas Haq, dikutip dari News 18.
"Kapanpun kami melakukan revisi, itu karena kami sedang di cross check,” imbuhnya.
Baca juga: Libya Buka Investigasi soal Bendungan Runtuh yang Akibatkan Banjir dan Ribuan Orang Tewas
"(Jumlah korban) bisa bertambah atau berkurang," katanya.
Kronologi Banjir di Libya
Badai Daniel telah menyebabkan banjir besar dan kerusakan yang luas di kota Derna, wilayah timur Libya pada 10 September 2023.
Dikutip Al Jazeera, dua bendungan di kota Derna jebol tak kuat menahan tekanan air.
Ada dua bendungan besar di hulu kota Derna.
Wakil Wali Kota Derna mengatakan satu di antara bendungan yang jebol sudah tidak dirawat sejak tahun 2002, sekitar 21 tahun, dikutip dari France24.
Ketika bendungan satu jebol, bendungan kedua pasti kewalahan menampung beban air.
Bendungan pertama memiliki tinggi sekira 70 meter, lapor Al Jazeera.
Baca juga: Rangkuman Peristiwa Timur Tengah: Gempa Maroko, Banjir Libya hingga Konflik Sudan
Infrastruktur Libya banyak yang terbengkalai selama puluhan tahun.
Tidak ada infrastruktur yang diperbaiki sejak pemerintahan Muammar Gaddafi digulingkan dan tewas dalam pemberontakan yang didukung NATO pada 2011.
Air meluap dengan derasnya dari bendungan yang sudah kelebihan beban.
Kekuatan air makin meningkat karena perbedaan ketinggian antara bendungan pertama dan kedua.
Aliran kuat membawa air membanjiri kota Derna.
Air mengalir sekitar 12 kilometer dari puncak bendungan pertama sebelum mencapai laut.
Para ahli memperkirakan bahwa 30 juta meter kubik air dilepaskan ketika bendungan jebol.
Jumlah ini setara dengan 12.000 kolam renang ukuran Olimpiade, lapor Daily Mail.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)