Setelah Kim Jong Un, Diplomat Top China Wang Yi Bakal Kunjungi Rusia, Bahas soal Keamanan
Setelah Presiden Korea Utara, Kim Jong Un datangi Rusia, kini China juga akan berkunjung dengan mengirimkan diplomat top mereka, Wang Yi.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - China bakal lakukan kunjungan ke Rusia setelah Presiden Korea Utara, Kim Jong Un bertemu Presiden Vladimir Putin.
Diplomat terkemuka China, Wang Yi bakal melakukan kunjungan ke Rusia untuk melakukan pembicaraan keamanan pada 18-21 September 2023.
Dikutip dari BBC, media Rusia menyebut kunjungan Wang Yi juga akan membuka jalan bagi Putin untuk melakukan perjalanan penting ke Beijing dalam waktu dekat.
Sebelumnya, Putin sempat mengatakan dirinya memiliki rencana untuk bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping.
Meski begitu, Putin tidak merinci kapan perjalanannya ke China akan dilakukan.
Putin terlihat belum pernah melakukan perjalanan ke luar negeri setelah Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapannya pada bulan Maret atas kejahatan perang di Ukraina.
Baca juga: Sanggupkah India Jembatani Konflik Antara Rusia dan Barat?
Putin terakhir kali berkunjung ke luar negeri pada Desember 2022 ketika ia mengunjungi Belarus dan Kyrgyzstan.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Wang berada di Rusia selama empat hari untuk "konsultasi keamanan strategis".
Selain itu, mereka juga bakal membahas perihal perluasan pasukan dan infrastruktur NATO di kawasan Asia-Pasifik.
"Wang Yi akan mengunjungi Rusia pada 18-21 September atas undangan Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolay Patrushev," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning, dikutip dari TASS.
Mao Ning menambahkan, Wang Yi akan mengambil bagian dalam konsultasi keamanan strategis Rusia-Tiongkok putaran ke-18.
Baca juga: Selain Bertukar Senapan dengan Vladimir Putin, Kim Jong Un Terima Hadiah Drone dari Pejabat Rusia
Pekan lalu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengumumkan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dan Wang Yi akan melakukan pembicaraan di Moskow pada 18 September.
Ketika ditanya tentang perjalanan Kim pekan lalu, Kementerian Luar Negeri China menolak berkomentar dan mengatakan itu adalah "sesuatu antara kedua negara".
Namun, beberapa analis percaya dukungan timbal balik antara Korea Utara dan Rusia terjadi atas sepengetahuan atau bahkan persetujuan implisit China, mengingat hubungan dekat Beijing dengan kedua negara lainnya.
Hubungan tersebut melampaui ideologi sosialis dan ketidakpercayaan mereka terhadap Amerika Serikat dan Barat.
Beijing telah lama menjadi penyambung perekonomian Pyongyang melalui perdagangan, dan pada tahun lalu, Beijing juga mulai menjadi milik Moskow melalui peningkatan pembelian minyak dan gas Rusia.
Baca juga: NATO Siap Perang Panjang di Ukraina, Perdamaian Tercapai jika Rusia Kalah
"Apapun yang terjadi dengan Rusia dan Korea Utara tidak dapat terjadi tanpa sepengetahuan Tiongkok."
"Saya tidak berpikir mereka akan bekerja sama secara militer tanpa persetujuan Beijing," kata pakar hubungan China-Rusia Universitas New South Wales Australia, Alexander Korolev, dikutip dari BBC.
China bahkan dapat melihat Korea Utara sebagai wakil yang berguna untuk membantu Rusia dalam perang di Ukraina, tambahnya.
"Dengan memberi lampu hijau kepada Korea Utara untuk melakukan kerja sama militer dengan Rusia adalah sebuah cara untuk membantu Rusia dengan biaya reputasi yang sangat rendah."
"Hal ini dapat menyalahkan rezim jahat Korea Utara yang tindakannya tidak ada hubungannya dengan mereka. Ini akan menjadi langkah yang cerdas, jika inilah masalahnya," lanjutnya.
Baca juga: Kim Jong Un Kembali ke Korea Utara setelah 6 Hari di Rusia, Bawa Hadiah Drone dan Rompi Anti Peluru
Wang terakhir kali mengunjungi Rusia pada bulan Februari pada malam peringatan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina.
Dikutip dari CNA, pertemuan tersebut sempat membuat AS khawatir, yang menuduh kedua negara pada saat itu mempunyai visi yang sama bahwa "perbatasan dapat digambar ulang dengan paksa".
Menjelang kunjungan minggu ini, Wang melakukan perjalanan ke Malta selama berjam-jam untuk melakukan pembicaraan "konstruktif" dengan penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Jake Sullivan.
Pembicaraan akhir pekan ini adalah yang terbaru dari serangkaian pertemuan tingkat tinggi antara pejabat AS dan China, yang dapat meletakkan dasar bagi pertemuan tahun ini antara Xi Jinping dan Joe Biden.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.