Negara-negara Barat Takut Konflik Kanada-India Makin Meluas, Bisa Pengaruhi Hubungan Internasional
Negara-negara Barat makin khawatir akan konflik Kanada dengan India semakin meluas. Sebut konflik ini bisa pengaruhi hubungan internasional lainnya.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Konflik antara Kanada dengan India membuat khawatir negara-negara Barat.
Bagaimana tidak, negara-negara Barat wajib takut jika konflik Kanada dengan India ini semakin meluas, bisa mempengaruhi hubungan internasional lainnya.
Banyak para menteri dan pejabat dari Barat bekerja keras untuk meredam konflik ini.
Hal terakhir yang diinginkan Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya saat ini adalah perselisihan yang memisahkan mereka dari India.
Di papan catur geopolitik besar, India adalah pemain kuncinya.
Bukan saja India merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun hal ini juga dipandang oleh negara-negara Barat sebagai potensi benteng melawan Tiongkok.
Baca juga: PM India Murka, Tangguhkan Visa Baru Untuk Warga Kanada Buntut Kematian Nijjar
Dikutip dari BBC, hal tersebut terlihat ketika pertemuan G20 yang diadakan di India beberapa waktu lalu.
Sekutu Barat Ukraina menyetujui komunike akhir yang tidak mengutuk Rusia atas invasi yang dilakukannya.
Mereka memilih untuk melindungi hubungan mereka dengan India dengan menghindari perselisihan mengenai pernyataan tersebut, sebuah pilihan yang membuat marah sebagian orang di Kyiv.
Ketakutan lain yang dihadapi oleh Barat adalah risiko bahwa negara-negara mulai memihak dalam perselisihan Kanada-India.
Beberapa bulan ini, India telah berusaha untuk menjadikan dirinya sebagai pemimpin negara-negara berkembang.
Baca juga: Konflik Kanada-India Makin Panas, Trudeau Desak Delhi untuk Kerja Sama Selidiki Kematian Nijjar
Banyak dari negara-negara tersebut menolak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
AS dan beberapa negara Eropa telah melakukan upaya diplomasi nyata untuk memenangkan hati negara-negara ini, dengan mengatakan bahwa perang penting bagi mereka dan perekonomian mereka.
Para diplomat tidak ingin pertikaian ini mengganggu upaya-upaya tersebut jika hal ini diubah menjadi pertarungan Utara vs Selatan antara dua negara Persemakmuran, konfrontasi antara kekuatan trans-Atlantik dan negara berkembang.