Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjalanan Langka Vladimir Putin Setelah Perintah Penangkapannya, Bertemu Xi Jinping Rabu

Ini menjalani perjalanan luar negeri yang langka, setelah pemimpin Rusia tersebut menjadi buronan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Perjalanan Langka Vladimir Putin Setelah Perintah Penangkapannya, Bertemu Xi Jinping Rabu
Sergei BOBYLYOV / POOL / AFP
Foto ini didistribusikan oleh lembaga milik negara Rusia Sputnik menunjukkan Presiden Rusia Vladimir Putin sedang melakukan wawancara kepada China Media Group di Kremlin di Moskow pada 16 Oktober 2023. 

Putin dijadwalkan mengadakan pertemuan bilateral dengan para pemimpin Vietnam, Thailand, Mongolia dan Laos hari ini sebelum pertemuannya dengan Xi besok.

Ketika ditanya oleh para wartawan pada hari Jumat mengenai kunjungannya, Putin mengatakan bahwa kunjungan tersebut akan mencakup pembicaraan mengenai proyek-proyek terkait Belt and Road, dikutip dari AP News.

Menurutnya, Moskow ingin kaitkan dengan upaya-upaya aliansi ekonomi negara-negara bekas Uni Soviet yang sebagian besar berlokasi di Asia Tengah untuk 'mencapai tujuan bersama'.

Tujuan Pertemuan Putin dan Xi Jinping

Putin mengatakan dia dan Xi juga akan membahas peningkatan hubungan ekonomi dan keuangan antara Moskow dan Beijing.

Beijing dan Moskow memiliki ikatan finansial di bidang energi, teknologi tinggi, dan industri keuangan.

Tiongkok juga semakin penting sebagai tujuan ekspor Moskow.

Direktur Carnegie Russia Eurasia Center, Alexander Gabuev mengatakan pandangan Tiongkok tentang Rusia.

BERITA REKOMENDASI

“Rusia adalah tetangga yang aman dan ramah, merupakan sumber bahan baku yang murah, merupakan dukungan bagi inisiatif Tiongkok di panggung global dan juga merupakan sumber teknologi militer, beberapa di antaranya tidak dimiliki Tiongkok," jelasnya.

Sementara bagi Rusia, Tiongkok merupakan penyelamat negara tersebut.

“Bagi Rusia, Tiongkok adalah penyelamatnya, penyelamat ekonominya dalam penindasan brutal terhadap Ukraina,” kata Gabuev kepada The Associated Press.

Gabuev mengatakan bahwa meskipun Moskow dan Beijing kemungkinan besar tidak akan membentuk aliansi militer penuh, kerja sama pertahanan mereka akan tumbuh.

“Saya tidak berharap Rusia dan Tiongkok akan menciptakan aliansi militer,” kata Gabuev.

"Kedua negara mandiri dalam hal keamanan dan mendapat manfaat dari kemitraan, namun keduanya tidak memerlukan jaminan keamanan dari pihak lain. Dan mereka mengajarkan otonomi strategis.”

Kerjasama yang akan mereka lakukan ini memicu kekuatan bersama.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas